Lagi bingung? ada ide atau lagi bundhet? berbagi cerita tentang kegembiraan dan kesedihan....everything... Pokoknya tuangin aja semua kesini, gak ada yang ngelarang ini.. Sekalian buang suntuk, kali aja ada inspirasi lain yang pengin ditulis. Secara gua emak-emak gitu looh... kadang2 bosen juga cuman ngurusin kerjaan rumah. Pengin ada sedikit yang bisa dilepasin dari rutinitas harian. So... enjoy dikit dengan ngeblog lebih baik daripada ngomongin orang ama tetangga sebelah.. ya nggak?
Monday, May 5, 2008
candi bentar
Kalau kita lihat kuil-kuil di Pulau Dewata, biasanya di depan kita akan jumpai gapura atau gerbang yang biasa disebut candi bentar yang berdiri megah menyambut pengunjung. Tapi gerbang semacam ini nggak hanya ada di Bali saja lho.... Candi bentar semacam ini bisa kita temui di bangunan-bangunan peninggalan kerajaan Hindu di Indonesia. Dari candi, keraton, makam, atau bangunan monumental lainnya. Naaah, di Cirebon bentukan candi bentar semacam ini bisa kita jumpai di Keraton Kanoman dan Kasepuhan, juga di Masjid Panjunan dan Komplek Taman Air Goa Sunyaragi.
Candi bentar dibuat untuk memisahkan antara zone publik dan private atau yang profan dan sakral. Biasanya hierarki ruang yang berada di dalam lebih tinggi dari ruang luarnya. Hal ini biasa terjadi pada bangunan-bangunan kuno yang perbedaan hierarki ini biasanya dipisahkan dengan menggunakan tembok/dinding, parit, gerbang seperti candi bentar dan lawang kori. Ini berlaku juga di kerajaan-kerajaan Islam seperti Cirebon dimana arsitektur lokal berasimilasi dengan budaya islami. Di Cirebon asimilasi budaya ini tidak hanya terjadi antara Hindu dan Islam tetapi juga dengan budaya China (salah satu istri Sunan Gunung Jati yaitu Ong Tien adalah putri dari negeri China) dan juga Eropa (ketika Belanda mulai masuk ke wilayah nusantara). Jadi ini juga berpengaruh terhadap bentukan arsitektur, termasuk bentuk candi bentar tadi. Karena Islam masuk ke bumi pertiwi dari jalan perdagangan maka disini faham sufisme berjalan, dimana budaya lokal berasimilasi dengan budaya islami. Hal ini berlaku juga pada arsitektur, dimana pemahaman islami berasimilasi pula dengan arsitektur lokal. Sama halnya dengan dunia pewayangan yang dimanfaatkan oleh para wali sebagai sarana dakwah untuk penyebaran agama Islam.
Candi bentar di Cirebon kebanyakan disusun dari batu-bata yang konon kabarnya hanya direkatkan dengan campuran kapur dan putih telur. Di dindingnya dihiasi dengan piring-piring keramik dari China atau Belanda. Ini bisa dilihat dari hiasan lukisan atau motif yang tergambar di piring keramik tadi. Kalau diperhatikan dari bentukan candi bentar yang ada di keraton Kanoman, Kasepuhan, Goa Sunyaragi dan Masjid Panjunan, candi bentar yang berada di Keraton Kanoman terlihat berbeda dari yang lain. Perbedaan ini bisa dilihat dari bentuknya yang lebih simple, dibuat dari batu bata yang sudah diplester (bisa jadi sudah ada perubahan dari bentuk aslinya), dan bentukan melengkung seperti sayap yang berada di kiri kanan candi bentar, yang tidak kita dapati di Keraton Kanoman ini.
Belakangan bentukan candi bentar ini dijadikan "identitas lokal" untuk gerbang masuk kantor-kantor pemerintah dan instansi daerah di Cirebon. Di beberapa daerah candi bentar juga dijadikan sebagai pintu gerbang memasuki kota atau kawasan. Candi bentar menjadi semacam gerbang selamat datang untuk memasuki suatu wilayah. Seperti halnya jika kita mau masuk atau keluar dari Bandara International Soekarno Hatta, kita akan disambut oleh Candi Bentar yang berdiri megah menyambut para tamu yang datang dan pergi dari gerbang internasional negeri ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment