Monday, June 30, 2008

Simpang Lima Semarang, beda banget ama dulu ....


Ke Semarang rasanya nggak lengkap kalo belum nyicipin makanan disini. Dan yang paling aku kangenin adalah nasi liwet di tengah Simpang Lima. Soalnya jaman-jaman aku kuliah dulu, kalo pas lemburan ngerjain tugas, pasti jam 3 pagi kita semua dilanda kelaparan... Nha buat anak kost macam kita tempat yang enak buat nongkrong dan makanannya nikmat ya disini nih... Nasi Liwet di tengah Simpang Lima. Dulu... kita punya langganan Nasi Liwet yang kita panggil Mbak Ndut. Soalnya mbak yang jual nasinya emang badannya gendut he he. Nasi liwet yang anget, plus opor ayam, sambel goreng krecek dan labu siam plus sate usus atau jeroan ayam yang disiram pakai areh (santan kental) yang gurih. Rasanya udah kebayang kelezatanya di ujung lidah. Kalo kita lagi nggak pengin makan berat, jam 3 pagi kita juga suka jajan di bubur kacang Pak To, dulu tempatnya disisi Simpang Lima Plaza. Sekarang masih nggak yaaa? Soalnya bubur kacang-nya lain dari yang lain. Bubur kacang ijo dicampur kacang tanah, gurih dari santannya dan manis dari gula merahnya, aku belum ketemu lagi dengan bubur kacang yang seenak itu rasanya.
Minggu pagi ini aku sempetin ke Simpanglima buat cari sarapan. Dan sampai disini... Ya ampyuuuun... penuhnya... aku hampir-hampir nggak percaya kalo simpanglima sekarang di hari minggu pagi udah seperti pasar kaget! segala macem orang jualan ada disini, sementara dijalan mobil, sepeda, sepeda motor sampai bendi wisata lalu lalang disini. Waktu aku buka kaca mobil... huah... nggak tahan langsung aku tutup lagi. Bau asap kendaraan, polusi udara bikin sesek napasku. Padahal dulu waktu masih di semarang minggu pagi aku suka jogging sama anak-anak dari tempat kost-ku. Terus dulu suka sarapan bubur ayam Parahyangan atau beli Serabi Solo dan jajan pasar. Dulu yang jualan juga banyak tapi nggak sepenuh ini. Hampir nggak ada ruang buat bergerak leluasa. Pedestrian yang mengelilingi lapangan di tengah, separohnya penuh untuk tempat jualan, dan separohnya lagi buat tempat orang jalan berdesak-desakan. Duuh... gimana mau olahraga kalo udaranya udah penuh polutan begini. Bisa-bisa bukannya tambah sehat malah tambah bengek jadinya....
Tapi... yang bikin kita terhibur tentu saja jajanan disini yang masih lengkap. Nasi pecel, nasi liwet, nasi langgi, sate lontong, macem-macem jajan pasar dan juga bubur ayam Parahyangan. Sekarang sih yang jual bubur ayam banyak banget, tapi aku nggak mau coba yang lain selain bubur ayam Parahyangan.
Dan yang bikin beda lagi adalah bendi wisata-nya dan permainan anak-anak. Dulu nggak ada bendi disini, karena biasanya minggu pagi tempat ini dulu cuman buat aktivitas olahraga dan tentu saja wisata kuliner murah meriah. Tapi kalo kesini siang-siang jangan harap bisa ketemu keramaian seperti ini di simpang lima. Para PKL disini cuman diijinkan berjualan sampai jam 9 pagi. Lewat itu barang-barang harus cepet dibenahi, tenda di bongkar dan jalanan dibersihkan lagi. Jadi kalo mau nyicipin nasi liwetnya datanglah ke Simpang lima di malam hari dan pagi sebelum jam sembilan. Porsinya nggak banyak, tapi buatku udah cukup mengenyangkan. Nha buat yang doyan makan bisa-bisa nambah dua kali deh.....

Lawang Sewu, pintunya nggak nyampe seribu




Siapa yang nggak kenal Lawang Sewu di Semarang....
Bangunan udah dikenal sebagai salah satu icon kota Semarang, bukan hanya karena arsitekturnya yang indah tapi juga karena ada cerita-cerita mistis dibaliknya. Masih inget nggak? Dulu pernah ada acara Dunia Lain yang ditayangkan di salah satu stasiun TV swasta dan dipandu si gundul Hari Panca menampilkan adanya penampakan makhluk halus disini. Sejak itu cerita mengenai "angker"nya Lawang Sewu merebak kemana-mana. Sampai-sampai ada produser film yang bikin film Horor disini dengan judul yang sama dengan nama tempat ini.

Bangunan ini dulunya adalah kantor Jawatan Kereta Api yang di jaman Belanda disebut sebagai Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1903 dan selesai pada tahun 1907 di arsiteki oleh Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Bangunan ini terletak di bundaran Tugu Muda Semarang yang dahulu disebut Wilhelmina Plein.

Setelah masa kemerdekaan bangunan ini dipakai oleh Jawatan Kereta Api Indonesia atau sekarang PT KAI. Terakhir dipakai sebagai markas Kodam IV Diponegoro dan Kanwil Departemen Perhubungan Jateng. Pada masa perjuangan gedung ini menjadi lokasi pertempuran antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang.

Nah, beberapa minggu lalu aku berkesempatan untuk masuk ke bangunan ini. Dulu waktu aku masih kuliah di Undip bangunan ini masih dipakai jadi markas Kodam. Waktu udah lulus bangunan ini udah nggak dipakai, tapi kok ya nggak kepikiran sama sekali pengin kesana ya...
Nah ... kemaren ini karena rasa penasaran, habis pagi-pagi cari sarapan ke Simpang Lima aku kesana ngajak ponakan-ponakan kecilku. Dan setelah masuk baru ketahuan betapa indah arsitektur bangunan ini. Semua detail bangunan diperhitungkan, dari mulai pemasangan marmer, plafond, elemen-elemen dekoratif sampai instalasi air bersih dan kotor, yang kelihatan banget dipikirkan fungsi dan estetikanya. Sayang banget... bangunan ini bener-bener nggak kerawat. Padahal begitu kita masuk ke main hall di depan kita akan disambut dengan indahnya warna-warni jendela kaca patri di tangga utama. Kenapa juga bangunan seindah ini dibiarin merana begini ya.... Apalagi kalau kita masuk ke menara atas, pengap dan bau kotoran kelelawar. Coba kalo bangunan ini dibikin jadi museum, dipelihara baik, di bersihin tiap hari dan pasti akan tambah lebih kinclong..... Terakhir katanya ada pemikiran mau dibikin hotel, tapi kalau jadi hotel takutnya nanti malah merusak existing bangunan aslinya. Sayang sekali baru beberapa foto aku ambil, kameraku ngadat gara-gara baterei cfc-nya habis. Bego banget ya... ternyata udah 3 tahun lebih baterei nggak diganti, pantes error mulu jadinya..

Menurut mas yang jadi guide disini, jumlah kamar semuanya ada 54 kamar. Dan yang jelas karena pintu dan jendela di sini buanyak banget maka masyarakat Semarang ini akhirnya menamakan gedung ini jadi Lawang Sewu... padahal kalo diitung-itung pintunya nggak sampe seribu tuh.... Karena nggak punya banyak waktu dan kamera udah nggak bisa dipake kita nggak lama-lama disini. Nggak sempet masuk ke penjara bawah tanah di gedung belakang tempat dulu pernah ada penampakan itu. Tapi... lain kali ke Semarang, aku mau kesini lagi ah nggajak anak-anak...... Biar mereka bisa tau dan lebih menghargai warisan sejarah peninggalan masa lalu.

Nah ini dibawah catatan sejarah tentang Lawang Sewu yang pernah di muat di harian lokal Suara Merdeka :

Menurut rangkuman sejarah yang disusun PT KA, semula Lawang Sewu milik NV Nederlandsch Indische Spoorweg Mastshappij (NIS), yang merupakan cikal bakal perkeretapian di Indonesia. Saat itu ibu kota negeri jajahan ini memang berada di Jakarta. Namun pembangunan kereta api dimulai di Semarang.

Jalur pertama yang dilayani saat itu adalah Semarang - Yogyakarta. Pembangunan jalur itu dimulai 17 Juni 1864, ditandai dengan pencangkulan pertama oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Sloet van Den Beele. Tiga tahun kemudian, yaitu 19 Juli 1868 kereta api yang mengangkut penumpang umum sudah melayani jalur sejauh 25 km dari Semarang ke Tanggung.

Butuh Kantor

Dengan beroperasinya jalur tersebut, NIS membutuhkan kantor untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan administratif. Lokasi yang dipilih kemudian adalah di ujung Jalan Bojong (kini Jalan Pemuda). Lokasi itu merupakan perempatan Jalan Pandanaran, Jalan Dr Soetomo, dan Jalan Siliwangi (kini Jalan Soegijapranata).

Saat itu arsitek yang mendapat kepercayaan untuk membuat desain adalah Ir P de Rieau. Ada beberapa cetak biru bangunan itu, antara lain A 387 Ned. Ind. Spooweg Maatschappij yang dibuat Februari 1902, A 388 E Idem Lengtedoorsnede bulan September 1902, dan A 541 NISM Semarang Voorgevel Langevlenel yang dibuat tahun 1903. Ketiga cetak biru tersebut dibuat di Amsterdam.

Namun sampai Sloet Van Den Beele meninggal, pembangunan gedung itu belum dimulai. Pemerintah Belanda kemudian menunjuk Prof Jacob K Klinkhamer di Delft dan BJ Oudang untuk membangun gedung NIS di Semarang dengan mengacu arsitektur gaya Belanda.

Lokasi yang dipilih adalah lahan seluas 18.232 meter persegi di ujung Jalan Bojong, berdekatan dengan Jalan Pandanaran dan Jalan Dr Soetomo. Tampaknya posisi itu kemudian mengilhami dua arsitektur dari Belanda tersebut untuk membuat gedung bersayap, terdiri atas gedung induk, sayap kiri, dan sayap kanan.

Diurug Pasir

Sebelum pembangunan dilakukan, calon lokasi gedung tersebut dikeruk sedalam 4 meter. Selanjutnya galian itu diurug dengan pasir vulkanik yang diambil dari Gunung Merapi.

Pondasi pertama dibuat 27 Februari 1904 dengan konstruksi beton berat dan di atasnya kemudian didirikan sebuah dinding dari batu belah. Semua material penting didatangkan dari Eropa, kecuali batu bata, batu gunung, dan kayu jati.

Setiap hari ratusan orang pribumi menggarap gedung ini. Lawang Sewu resmi digunakan tanggal 1 Juli 1907. Dalam perkembangannya, Lawang Sewu juga terkait dengan sejarah pertempuran lima hari di Semarang yang terpusat di kawasan proliman (Simpanglima) yang saat ini dikenal sebagai Tugu Muda. Pada peristiwa bersejarah yang terjadi 14 Agustus 1945 - 19 Agustus 1945 itu, gugur puluhan Angkatan Muda Kereta Api (AMKA). Lima di antaranya dimakamkan di halaman depan Lawang Sewu. Mereka adalah Noersam, Salamoen, Roesman, RM Soetardjo, dan RM Moenardi.

Kereta api kemudian menyerahkan halaman depan seluas 3.542,40 meter persegi pada Pemda Kodya Semarang. Sedangkan makam lima jenasah di halaman itu, 2 Juli 1975 dipindah ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal dengan Inspektur Upacara Gubernur Jateng Soepardjo Roestam.

Kini lahan gedung Lawang Sewu tinggal 14.689,60 meter per segi.


Thursday, June 19, 2008

Pengalaman jaga di rumahsakit





Dari jendela rumah sakit, pagi-pagi aku suka lihat kesibukan orang yang lalu lalang dijalan. Kebetulan rumah sakitnya nggak jauh dari rumahku, hanya berjarak kira-kira 500 m. Dulu rumah sakit ini hanya rumah sakit bersalin aja, tapi sekarang udah dikembangkan jadi rumah sakit umum. Pelayanannya sepanjang yang aku tahu, paling baik diantara rumah sakit yang ada di cirebon, dalam arti pasien cepat ditangani ketika masuk kesini. Maklum aja beberapa kali aku harus bawa ibuku kesini karena sakit asthmanya kumat. Dan setiap aku kesini, nggak ada cerita pasien ditelantarkan karena belum kelar ngurus masalah administrasi. Begitu masuk UGD, pasti perawat dan dokter jaga dengan cekatan menangani pasien, dan melaksanakan prosedur standard seperti ngukur tekanan darah, cek keluhan pasien atau periksa darah ke lab. Baru setelah pasien ditangani, keluarganya dipanggil untuk urusan administrasi. Itupun jika pasien diminta untuk rawat inap, kita hanya mengisi formulir kelengkapan dan kesanggupan penanganan medis. Biasanya setelah 1-2 hari dirawat kita baru disodori pengajuan deposit. Dokter dan perawatnyapun enak kalo ditanya-tanya masalah medis.
Hanya saja yang bikin sebel, pas suamiku dirawat pas bener waktunya ama pertandingan Piala Eropa, dan karena TV disini pake parabola, pas siaran langsung diacak ama stasiun TV-nya jadi kita nggak bisa lihat. Lha... even besar begini kan sayang buat dilewatin. Jadi kata suamiku, "bawa aja antena sendiri, biar kita bisa liat". Maklum aja dia juga gila bola! Dan besoknya aku bela-belain bawa antena kecil yang bisa dipasang didalam kamar, jadi malam ini kita bisa nonton pertandingan Piala Eropa lagi, he he he.
Pagi-pagi setelah nunggu 2 malem di rumah sakit, gerimis datang. Seger rasanya udara pagi setelah beberapa hari kemaren panas terik mulai datang menyambut kemarau. Seneng rasanya lihat kesibukan orang pagi-pagi yang bergegas berangkat ke kantor. Di sebelah timur langit memerah karena matahari baru terbit. Hujan sudah mulai reda dan sinar matahari membuat warna langit jadi seperti terbakar. Dan ini view yang aku lihat pagi ini dari lantai 2 jendela rumah sakit. Gerimis, langit merah, gardu listrik, dan jalanan yang basah karena hujan! Good morning everybody!

Wednesday, June 18, 2008

Surprise... surprise.........


busy days....!! Sejak hari Kamis minggu kemaren suamiku masuk rumah sakit. Kata dokter sih ada infeksi di kelenjar ludah dan nggak bisa cuman diobati lewat oral. Antibiotiknya nggak mempan! Otomatis semua urusan kantor jadi dilimpahin ke aku, dari mulai masalah teknis kerjaan proyek baja ringan, urusan administrasi sampe urusan kerjaan design. Segitu masih harus bolak-balik rumah sakit ngurusin dia juga... Hari Sabtu malah aku harus pergi ke Subang untuk presentasi produk ke Dinas Pendidikan. Biasanya urusan keluar begini suamiku yang pergi sama para marketing yang nota bene temen-temen dia juga. Maklum kita buat perusahaan disini emang niatnya supaya menyatukan teman-teman yang mau guyup dan kerja cari rejeki bareng-bareng. Jadi otomatis semua yang kerja dikantorku ya orang-orang deket, dari mulai family, temen atau tetangga deket dan punya rasa kekeluargaan yang erat. Dan Hari Sabtu kemaren, 14 juni emang tepat ama Hari Ulang Tahunku. Pagi-pagi setelah beres ngurusin suamiku di rumah sakit, kita langsung cabut ke Subang. Aku malah nggak inget sama sekali kalo hari itu pas ulang tahun. Barangkali karena sibuk ngurus ini itu jadi nggak kepikiran sama sekali. Baru inget ketika dijalan ada temen yang telpon dan sms dari adikku, kakakku, ngucapin selamat ultah, tapi nggak dari suamiku. Hmmm, aku sih nggak heran karena biasanya kita juga nggak bikin acara spesial kok, dia bukan type pria romantis yang suka ngasih-ngasih hadiah atau bunga dan aku juga bukan type wanita yang suka disanjung-sanjung dan penuntut minta diperhatiin. Maklum aja kita dulu temen deket dan aku tau bener cowo macam apa dia dan dia juga tau cewe macam apa aku. Dan buat kita itu normal dan nggak pernah dijadiin masalah. Paling kita malah ketawa kalo tau ada hari penting yang kelewat dan kita lupa, walaupun kalo pas ultahnya aku nggak pernah lupa karena pas bertepatan ama hari lahir anak pertamaku juga.
Presentasi di Subang kelar jam 3 sore dan jam 6 aku baru nyampe lagi di Cirebon. Selesai mandi aku langsung ke rumah sakit dan sampai disana Surprise... Surprise...!! ada rangkaian bunga lily dan mawar yang sudah menghias kamarnya. "Dari sapa nih? kok ada bunga segala?" tanyaku.. "Lho buat mamah to ya... kan ulang tahun, selamat ultah ya.." Ups!! aku ketawa.. tumben........ Rupanya dia nyuruh anak FO untuk pesen bunga buat aku. Tentu saja ini surprise yang bener-bener mengejutkan , karena seumur-umur emang nggak pernah dia ngasih bunga he he he. Walaupun kita berprinsip bahwa kasih sayang bisa dilimpahkan tiap hari tanpa harus nunggu hari spesial, tapi di ultah kali ini dia bisa bikin "something special" buatku. Dan ketika dia ngucapin selamat ultah sambil bilang I love U, tanpa ragu aku jawab " I love u to..." :))

Sunday, June 1, 2008

Curug Sidomba








Satu lagi tujuan wisata di Kabupaten Kuningan, yaitu Curug Sidomba. Letaknya di kaki Gunung Ciremai di Kecamatan Jalaksana. Kurang lebih 20 km dari kota Cirebon. Obyek wisata ini tergolong masih baru karena baru diresmikan Februari 2005 lalu. Fasilitasnya lumayan baik dan lengkap, karena disana selain curug-nya sendiri, ada juga area perkemahan, outbond, kolam renang, studio musik, restoran dan masjid yang bisa menampung 1.000 orang. Jadi kalo ada company ato corporate yang pengin bikin acara outbond & outdoor activity disini rasanya tempat ini emang cocok banget. Hanya saja jangan bayangin bisa tidur enak, karena disini belum ada bungalow, cottage atau penginapan semacam itu. Para peserta outbond bisa menginap di tenda-tenda yang disediakan untuk memfasilitasi aktivitas ini. Rupanya pengelola juga cukup serius mengelola tempat ini, karena fasilitas yang disediakan lumayan tertata dengan baik. Padahal kalo aku bilang sih, yang disebut "curug" dan yang jadi tema utama kawasan ini cuman air terjun kecil yang tingginya nggak lebih dari 10 m, dari sungai berbatu yang debit airnya nggak besar. Air sungai ini, kemudian ditampung dan dibuat bendungan untuk memelihara ikan-ikan koi dan ikan mas. Tapi... untuk sekedar beristirahat, menghilangkan stress, tempat ini emang cukup bikin suasana hati rada tenang. Paling nggak pepohonan hijau dan rumpun-rumpun bambu dan bunga-bunga disini bikin mata kita jadi rada seger. Buat keluarga yang pengin ajak anak-anaknya lebih deket mengenal alam, pengelola juga menyediakan children playground, atau berkeliling dengan menggunakan mobil domba sambil menikmati pemandangan kawasan kaki gunung ciremai yang indah. Atau barangkali mau coba-coba ikut outbond for kid, untuk melatih keberanian anak. Untuk masuk kesana dikenakan biaya Rp.5.000,- untuk dewasa dan Rp. 4.000 untuk anak-anak, plus ongkos parkir tentu saja... kalo kita bawa kendaraan pribadi kesana.
Naah ... kalo pengin tahu kayak apa, datang sendiri deh kesana... atau paling nggak yang belum sempet... lihat aja fotonya disini dulu .......