Tuesday, March 30, 2010

Sunatan Masal

Gemuruh deru kereta api yang melintas sejenak mengusik kesibukan warga kampung pinggiran. Hari ini, tak seperti biasanya.. mushola At Taubah yang sehari-harinya hanya digunakan untuk aktivitas sholat dan TPA mulai dipadati warga. Maklum saja... Pak Ustadz punya hajat besar menyunatkan anak didiknya disini. Alhamdulillah.... masih banyak juga orang yang mau berderma, menyisihkan tenaga atau hartanya untuk membantu kelancaran aktivitas ini. Pak Ustadz-pun bisa tersenyum, melihat beberapa anak asuhnya bisa menjalani salah satu sunnah Rasul diusia dini.

Perjuangan Pak Ustadz untuk menularkan ilmu agama disini memang tak bisa dibilang mudah. Kampung pinggiran ini dulunya dikenal sebagai salah satu kampung preman. Bukan cuma pencopet, maling atau preman pasar yang tinggal didaerah ini. Perampok-pun ada. Tak heran jika anak-anak muda disini dulunya sudah mengenal miras sedari mereka belia. Apalagi setiap ada yang punya hajat, atau menjelang perayaan hari kemerdekaan..... untuk teman “lek-lekan” mereka, si empunya hajat harus menyediakan miras untuk para tetangga yang ikut membantu mempersiapkan pesta.
Sebelum menjadi guru ngaji, Pak Ustadz dulunya juga jago berkelahi. Sifat temperamental orang-orang dilingkungannnya mengharuskan dia bertahan hidup dengan cara ini. Barangkali sudah tercipta image di kampung ini bahwa yang kuat adalah yang berkuasa. Yang lemah adalah yang kalah. Sehingga untuk memenangkan hati dan perhatian warga disinipun, kadang harus mempertahankan diri dengan beradu fisik. Cara-cara yang digunakanpun juga kadang harus menggunakan cara preman. Tidak mempan hanya dengan omongan saja.
Di kampung ini banyak sekali anak kecil dan janda. Kenapa banyak anak kecil? Rupanya program KB tidak berhasil disini. Anak-anak perempuan yang masih belasan tahun dan dianggap sudah akil baliq-pun, biasanya harus segera dikawinkan. Pendidikan mereka paling tinggi hanya setingkat SMA saja. Setelah itu.. orang tua mereka akan segera mencarikan jodoh, karena jika anak sudah berkeluarga mereka sudah tidak perlu lagi menanggung hidupnya. Atau malah anak-anak itu yang sudah punya calon sendiri di kalangan lingkungannya. Dan kenapa banyak janda? Ada sebagian yang ditinggal mati suaminya karena menderita penyakit atau karena sebab lain. Ada juga yang suaminya pergi, tak pulang-pulang lagi, entah bagaimana kabarnya... di penjara... atau mungkin juga jadi DPO... dicari-cari polisi karena terlibat kasus kejahatan. Jadinya para janda ini harus bertahan hidup sebisanya. Jadi buruh nyuci, jualan gorengan atau jajanan keliling kampung, atau apa saja yang bisa mereka kerjakan untuk menyambung hidup membiayai anak-anaknya. Ada juga yang memutuskan untuk jadi TKW ke luar negeri dan memilih menitipkan anak-anaknya kepada nenek atau kakeknya.
Untungnya masih ada orang seperti Pak Ustadz yang berani membuat perubahan. Image kampung yang dulunya dikenal sebagai kampung preman ini akhirnya mulai terkikis. Pak Ustadz berpikir bahwa mungkin dia tidak bisa merubah orang tuanya... tapi kasihan anak-anak kecil yang tak berdosa ini jika akhirnya harus berakhir di jalanan atau menjadi DPO dan dipenjara seperti orang tua mereka. Pak Ustadz mulai mengajari mereka mengaji. Memberikan pelajaran akhlak yang baik kepada mereka. Sementara untuk menyambung hidupnya sendiri, setiap pagi Pak Ustadz berjualan mainan anak-anak di SD tak jauh dari kampung ini. Selain itu... Pak Ustadz juga mengajar mengaji di TPA komplek AL atau dipanggil sebagai guru ngaji privat di rumah orang. Dari sini dia mendapatkan imbalan yang cukup untuk memberi makan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.
Impian Pak Ustadz yang pertama adalah membangun mushola di kampungnya. Cita-cita ini bisa diwujudkannya tahun lalu. Itupun hasil usahanya sendiri mencari donatur di kota. Dari hasil usahanya mengajar mengaji di komplek AL dan di tempat-tempat lain di kota, akhirnya mempertemukannya dengan para donatur yang mau membantu usahanya mewujudkan impiannya.... Membangun mushola di kampungnya. Kini anak-anak di kampung pinggiran bisa belajar mengaji di mushola itu. Anak-anak remajanya pun diberi kesibukan sebagai DKM Mushola, sehingga mereka bisa mulai belajar bertanggung jawab. Remaja DKM inipun sekarang sudah mulai bisa mengajari adik-adiknya mengaji, sehingga Pak Ustadz-pun tak perlu lagi menanganinya langsung.
Impian Pak Ustadz yang kedua adalah mengadakan sunatan masal di kampung ini. Memang tidak semua warga disini tidak mampu menyunatkan anaknya. Tapi.... lebih banyak warga yang harus ditolong ketimbang yang mampu untuk menjalankan salah satu sunnah Rasul ini. Untuk biaya mengantar anak ke dukun sunat atau ke dokter, plus pengobatan pasca sunat-nya pasti mereka harus menabung terlebih dahulu. Dan bukan perkara yang mudah menyisihkan uang setiap hari jika untuk makan saja mereka pas-pasan. Pak Ustadz kemudian berusaha menghubungi beberapa tenaga medis dan paramedis yang bersedia membantunya. Alhamdulillah... ada dokter dan mantri kesehatan yang bersedia dengan suka rela membantu menyunat anak-anak itu tanpa dipungut biaya. Hanya untuk membeli obat dan peralatan seperti jarum suntik, perban dan lain sebagainya memang butuh biaya untuk membelinya di apotek. Pak Ustadz-pun mencoba mencari donatur ke beberapa pihak dan akhirnya terkumpul sejumlah uang untuk membantu terselenggaranya aktvitas ini. Bahkan dengan uang itu Pak Ustadz bisa menyewa Barongsai sebagai hiburan untuk warga kampung. Makanya begitu rombongan Barongsai datang, seisi kampung dibuat heboh. Penganten sunat diarak keliling kampung dengan menggunakan becak, diiringi oleh atraksi Barongsai. Suara genderang dan simbal yang ditabuh para pemain Barongsai memecah kesunyian kampung. Mengundang seluruh warga untuk keluar rumah dan menonton rombongan penganten sunat. Hiburan yang sangat jarang sekali ada di kampung mereka. Pak Ustadz sengaja memberitahukan penyelenggaraan kegiatan ini kepada Pak RW sehari sebelum hari H. “Susah bu disini... serba salah saya.. Kalau saya beritahukan kepada RW, pasti belum-belum sudah diminta macem-macem. Pasti ditanya jatah buat panitia berapa?...Sementara untuk biaya penyelenggaraan acara ini uangnya juga pas-pasan”...Oh..Oh... rupanya korupsi bukan hanya milik pejabat-pejabat tinggi saja...
Dan hari ni Pak Ustadz bisa tersenyum gembira karena 6 orang anak di kampungnya bisa disunatkan di mushola kampung. Ditambah lagi dia bisa membekali anak-anak itu dengan uang masing-masing sebesar Rp.250.000,-, memberi mereka baju koko, sarung dan peci baru, serta satu kotak Fried Chicken merek Kolonel Sanders, hasil sumbangan para donatur. Dan sebagai acara syukuran-nya malam sebelumnya telah diadakan pengajian di mushola, dan seluruh warga yang hadir mendapatkan jatah nasi kenduri. Dan yang penting.........salah satu sunnah Rasul bisa terlaksana hari ini.

Wednesday, March 17, 2010

Sejarah Fotografi





Saat ini dunia fotografi sudah begitu dimudahkan dengan adanya kamera digital. Dari kamera yang dijadikan satu sebagai fitur tambahan di Mobile Phone, kamera pocket maupun Kamera DSLR untuk para profesional. Berkembangnya teknologi fotografi ini tentu saja sangat memudahkan orang untuk dapat mengabadikan peristiwa-peristiwa di dalam masyarakat. Paling tidak peristiwa-peristiwa penting untuk dirinya sendiri.
Sebelum berkembangnya era digital, orang masih enggan untuk menekuni hobby fotografi, dikarenakan peralatan yang dibeli cukup mahal, untuk biaya pembelian film dan cuci cetaknya pun orang masih harus merogoh kantongnya lagi. Berbeda dengan saat ini dimana hasil foto sudah dapat langsung dilihat dari layar LCD kamera atau layar HP. Jika tidak suka tinggal hapus, dan ulang lagi untuk foto berikutnya. Jika malas mengeluarkan biaya untuk cetaknya-pun kini sudah tersedia digital foto frame yang mampu menyimpan beribu-ribu foto dan menampilkannya di layarnya.
Sebetulnya… darimana siiih dunia fotografi ini berkembang? Dari salah satu situs komunitas fotografi Phototuts+, dapat kita ketahui bagaimana asal muasal teknologi ini berkembang.
Prinsip-prinsip tentang fotografi sebenarnya sudah diketahui orang-orang jauh sebelum bidang ini dikembangkan. Pada waktu itu tentu saja teknologi cetak mencetak juga belum berkembang pesat, jadi usaha mereka adalah bagaimana supaya bisa memproses gambar di dinding atau secarik kertas. Prinsip ini dapat bekerja jika ada cahaya yang menerangi obyek. Instrumen yang digunakan untuk pengolahan gambar ini disebut dengan Kamera Obscura (bahasa Latin untuk Dark Room). Kerja prinsip fotografi ini ada beberapa abad sebelum fotografi ditemukan. Diyakini bahwa Camera Obscura ditemukan sekitar 13-abad ke-14, namun ada sebuah naskah yang diterbitkan oleh sarjana Arab Hassan bin Hassan tertanggal abad ke-10 yang menggambarkan prinsip-prinsip bekerjanya kamera obscura yang didasarkan fotografi analog saat ini.
Camera Obscura pada dasarnya adalah kamar gelap, atau ruang tertutup dalam bentuk sebuah kotak dengan lubang di satu sisi. Lubang harus dibuat sekecil mungkin, untuk membuat obscura kamera bekerja dengan baik. Cara kerjanya dengan menggunakan hukum optik. Cahaya yang datang melalui lubang kecil mengubah dan menciptakan sebuah gambar pada permukaan dinding kotak. Prinsip optik ini dibantu dengan memantulkan cahaya pada sebuah cermin yang kemudian akan memantulkan bayangan yang terjadi diatasnya. Jadi pada dasarnya cermin ini digunakan untuk menangkap dan mempertahankan citra yang diciptakan oleh cahaya. Diyakini pula bahwa prinsip-prinsip foto secara luas digunakan oleh seniman Renaisans seperti Leonardo, Michelangelo dan lain-lain.
Pada pertengahan abad ke-16, Giovanni Battista della Portacentury, seorang ilmuwan Italia, menulis sebuah esai tentang cara menggunakan kamera obscura bantuan untuk membuat proses menggambar lebih mudah. Dia memproyeksikan citra orang di luar kamera obscura dengan kanvas di dalamnya (kamera obscura dibuat dengan dimensi ruang yang cukup besar dibandingkan sebelumnya) dan kemudian menggambar di atas gambar yang dihasilkan atau mencoba untuk menyalinnya.
Metode ini sangat mirip dengan yang digunakan dalam gambar di Retroscope, industri animasi pada awal abad kedua puluh. Proses menggunakan kamera obscura tampak sangat aneh dan menakutkan bagi sebagian orang pada saat itu, sehingga Giovanni Battista meninggalkan ide-nya setelah ia ditangkap dan dituntut atas tuduhan sihir.

Meskipun begitu tidak sedikit dari seniman Renaisans yang mengakui bahwa kamera obscura dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menggambar. Alasan untuk tidak secara terbuka mengakui, dikarenakan adanya ketakutan dituduh berserikat dengan hal-hal berbau klenik, atau hanya tidak ingin mengakui sesuatu yang dianggap para seniman lain sebagai kecurangan.

Pada saat ini justru teknologi yang diterapkan pada kamera obscura ini mulai diperkenalkan lagi. Komunitas ini dikenal dengan nama Komunitas Kamera Pinhole atau Kamera Lubang Jarum. Kamera inilah yang mendasari prinsip-prinsip fotografi modern sekarang ini. Tentu saja pada waktu itu kita tidak bisa mengatur aperture dan speed-nya. Oleh karena itu kamera ini biasanya dipakai untuk mengabadikan obyek yang tak bergerak, dimana kotak kamera diletakkan di depan obyek dan menghadap cahaya yang cukup terang selama beberapa waktu tertentu. Hasilnya refleksi bayangan yang dihasilkan cermin akan tercetak di film atau kertas/kanvas yang diletakkan didalam kotak kamera. Kebanyakan pada saat ini orang-orang menggunakan Kamera Pinhole hanya untuk bereksperimen, dan hanya untuk kepentingan artistik dan hobby saja.
Gambar foto pertama diambil pada tahun 1825 oleh seorang penemu berkebangsaan Perancis bernama Joseph Niepce. Foto ini menggambarkan pandangan dari jendela di Le Gras. Pada saat itu kecepatan kamera belum dapat diatur , jadi masalah teknis yang terjadi adalah eksposur yang harus berlangsung selama delapan jam, sehingga matahari di gambar punya waktu untuk bergerak dari timur ke barat. Jadinya matahari tampak bersinar di kedua sisi bangunan dalam gambar. Pada saat itu juga belum terpikir masalah komposisi, karena penemuan tentang fotografi lebih ditekankan pada masalah teknisnya saja.
Pada waktu itu orang sudah tahu bagaimana memproyeksikan gambar, tetapi mereka tidak tahu bagaimana untuk mrngontrol cahaya. Adalah seorang bernama Niepce yang kemudian datang dengan ide untuk menggunakan turunan minyak bumi yang disebut "Bitumen Yudea". Bitumen ini bisa mengeras jika terkena cahaya. Pelat logam, yang merupakan media yang digunakan oleh Niepce, kemudian dipoles render citra negatif yang kemudian dilapisi dengan tinta cetak. Satu dari banyak masalah yang ada dengan pemakaian metode ini adalah bahwa pelat logam berat, mahal untuk diproduksi, dan mengambil banyak waktu untuk memoles.
Pada tahun 1839 Sir John Herschel datang dengan cara membuat kaca negatif yang sifatnya bertentangan dengan logam. Tahun yang sama ia menciptakan istilah Fotografi berasal dari bahasa Yunani "fos" yang berarti cahaya dan "grafo" - untuk menulis. Meskipun proses menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, masih butuh waktu yang cukup lama sampai diakui publik sebagai fotografi. Walaupun begitu akhirnya dicanangkan bahwa tahun 1839 merupakan tahun lahirnya fotografi.

Pada awalnya fotografi digunakan sebagai alat bantu dalam karya seorang seniman. Akhirnya, setelah puluhan tahun mengalami beberapa kali perbaikan, publik mulai menggunakan kamera dengan merk Eastman Kodak Camera. Kamera ini dipasarkan pada tahun 1888 dengan slogan “You press the button, we do the rest”.
Tahun 1901 Kodak Brownie diperkenalkan menjadi kamera komersial pertama di pasar , yang tersedia bagi kalangan kelas menengah. Kamera mengambil gambar hitam dan putih saja, tetapi masih sangat populer karena efisiensi dan kemudahan penggunaan. Warna fotografi, walaupun sedang dieksplorasi sepanjang abad ke-19, tidak menjadi masalah sampai pertengahan abad ke-20. Para ilmuwan di awal abad ini tidak bisa mempertahankan warna cukup lama, karena mereka hilang dengan berlalunya waktu karena formula kimianya. Beberapa metode fotografi warna yang dipatenkan dari 1862 dan seterusnya diperkenalkan oleh dua penemu Perancis: Louis Ducos de Hauron dan Charlec Cros.

Akhirnya plat warna yang lebih praktis pertama kali diperkenalkan pada pasar pada tahun 1907. Metode yang digunakan didasarkan pada layar filter. Cahaya yang datang disaring oleh layar merah, hijau dan atau cahaya biru kemudian dirubah dari film negatif kemudian menjadi positif. Teknologi ini memungkinkan digunakannya pengolahan warna. Merah, hijau dan biru adalah warna primer yang digunakan juga untuk layar televisi dan layar komputer. Oleh karena itu maka mode RGB kemudian digunakan juga dalam berbagai aplikasi pencitraan.
Foto berwarna yang pertama, sebuah gambar kotak-kotak pita, diambil pada tahun 1861 oleh fisikawan Skotlandia bernama James Clerk Maxwell, yang terkenal karena karyanya dengan elektromagnetisme. Meskipun pengaruh besar fotonya telah dipakai didalam industri foto, Maxwell jarang diingat sebagai tokoh fotografi.
Gambar yang pertama kali dibuat dengan pencitraan manusia didalamnya adalah Foto Boulevard du Temple oleh Louis Daguerre, yang diambil pada tahun 1839. Pemaparan dengan kamera berlangsung sekitar 10 menit pada waktu itu, sehingga hampir tidak mungkin bagi kamera untuk menangkap seorang pria di jalan yang sibuk, namun hal itu menangkap seorang pria yang punya sepatu mengilap cukup lama untuk muncul dalam foto.
Meskipun penemuan fotografi menyebabkan prestasi ilmiah baru dan perkembangan dunia industri, fotografi juga menjadi bagian dari gerakan seni. Salah satu orang yang mempelopori seni fotografi adalah Alfred Stieglitz. Seorang fotografer Amerika dan seorang promotor untuk seni modern. Banyak yang percaya bahwa Stieglitz-lah yang membuat fotografi dikenal dan berkemban sebagai seni seperti sekarang ini.

Selain sebagai fotografer, Stieglitz dikenal karena semangat avant-garde-nya. Alfred memiliki beberapa galeri seni di New York dan memperkenalkan avant-garde dari para seniman Eropa kepada publik AS. Tapi yang paling penting adalah bahwa Stieglizt menunjukkan bahwa fotografer sendiri adalah seorang seniman. Dia, bersama dengan F. Holland Day, memimpin Photo-Secession, gerakan seni fotografi pertama yang tugas utamanya adalah untuk menunjukkan bahwa fotografi bukan hanya tentang subjek foto, tetapi juga manipulasi oleh fotografer yang mengarah ke subjek yang digambarkan.

Stieglitz mengatur berbagai pameran foto yang cukup menarik, kemudian foto-foto itu akan dinilai oleh para pelukis sebagai sebuah karya seni. Stieglitz juga mempromosikan fotografi melalui jurnal baru yang diberinya nama “Camera Notes” dan “Camera Work”.
Nama-nama yang cukup penting di dunia fotografi
- Felix Nadar
Felix Nadar (nama samaran dari Gaspard-FĂ©lix Tournachon) adalah seorang ahli karikatur Perancis, wartawan dan sekaligus menjadi seorang fotografer. Ia terkenal dengan rintisannya dalam penggunaan lampu kilat dalam fotografi. Nadar adalah teman baik Jules Verne dan dikatakan telah cukup menjadi inspirasi bagi pengarang: ia dipercaya sebagai prototipe untuk Ardan Michael karakter dalam cerita “From the Earth to the Moon”. Nadar dipuji karena telah menerbitkan foto pertama kali wawancara pada tahun 1886.

Meskipun mempunyai beberapa ide-ide revolusioner, Foto-foto Nadar mengikuti prinsip yang sama dari sebuah seni potret. Dia dikenal telah menggambarkan banyak orang terkenal termasuk Jule Verne, Alexander Dumas, Peter Kropotkin dan George Sand.
- Henri Cartier-Bresson
Henri Cartier-Bresson adalah fotografer Perancis yang diyakini sebagai ayah dari Photojournalism. Cartier-Bresson terkenal sebagai bapak "fotografi jalanan"dalam gaya Photojournalism. Pada usia 23 tahun, pria muda ini mulai tertarik pada bidang fotografi. Beliau pernah mengatakan : "Aku tiba-tiba mengerti bahwa sebuah foto bisa memperbaiki keabadian dalam sekejap."
Pameran pertamanya berlangsung di New York's Julien Levy Galeri pada tahun 1932. Foto jurnalistik pertamanya dibuat pada saat George VI dinobatan di London.

Beliau telah mengilhami karya-karya generasi seniman dan jurnalis foto di seluruh dunia. Beliau meninggal pada tahun 2004, dan Henri Cartier-Bresson telah meninggalkan warisan dan filosofi bagi para jurnalis yang mengikuti jejaknya di belakang. Ia menggunakan kamera 35mm , yang merupakan format standar. Kutipan dan kata-katanya banyak disertakan dalam buku teori fotografi . Walaupun cukup terkenal tetapi ada satu kelemahannya. Beliau paling benci difoto, karena menurutnya ia paling benci dengan ketenaran….

Sumber : Phototuts+