Tuesday, December 20, 2011

Sekitarku... in Black n White





Gara-gara ujan terus, mau keluar jadi males. Iseng-iseng mencoba motret lingkungan di sekitarku dan mengubahnya jadi foto Black n White...
Tinggal atur eksposure, levelling n curve di Photoshop CS 4.. ternyata mengasyikkan juga...:)

Sunday, December 4, 2011

Pedati Gedhe Pekalangan




Coba bandingkan gambar Pedati Gede Pekalangan diatas dengan pedati biasa dibawahnya. Gambar tersebut diatas adalah Gambar koleksi Tropen Museum - Belanda, yang menggambarkan kondisi pedati ditahun 1930-an. Pedati Gede Pekalangan (disebut Pekalangan karena pedati ini sekarang tersimpan di Kampung Pekalangan - Cirebon) merupakan kendaraan pedati milik Keraton Kasepuhan Cirebon. Pedati ini mempunyai ukuran yang sangat besar yaitu dengan panjang mencapai kurag lebih 8.5 m, tinggi 3,5 m, dan lebar 2,6 meter. Pedati mempunyai 8 buah roda yang berukuran sangat besar, yaitu : 6 roda belakang dengan diameter: kurang lebih sepanjang 2 m dan 2 roda depan dengan diameter 1.5 m. Roda-roda tersebut dihubungkan dengan poros-poros roda dari kayu berdiameter 15 cm, dan sebagai pelumasnya dahulu digunakan pelumas yang dibuat dari getah pohon damar. Pedati ini menggunakan sistem konck down, sehingga dapat dibongkar pasang sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan catatan dari Pangeran Haji Yusuf Dendrabrata (alm) dari Keraton Kacirebonan, dikatakan bahwa Pedati Gede dibuat pada masa Pangeran Cakrabuwana pada tahun 1371. Waktu itu Cirebon belum menjadi kerajaan dan hanya berupa daerah yang berbentuk tumenggungan. Disebutkan pula bahwa dimasa pemerintahan Sunan Gunung Jati (Sultan Keraton Cirebon yang pertama yang merupakan keponakan dari Pangeran Cakrabuwana), sekitar abad ke-15 pedati gede ini digunakan sebagai kendaraan kerajaan dan ikut berperan pada saat pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Pedati Gede digunakan untuk mengangkut bahan bangunan untuk pendirian Masjid.

Saat ini pedati yang telah rusak tersebut disimpan di situs purbakala milik Keraton Kasepuhan di Kampung Pekalangan Cirebon, sedangkan di Keraton Kasepuhan dibuat duplikatnya dan disimpan di halaman belakang Keraton. Pada Kirab Budaya Hari Jadi Kota Cirebon ke 642 kemarin, Pedati Gede ini dikeluarkan dari Keraton Kasepuhan dan ikut berkeliling kota mengikuti kirab, dengan ditarik 3 ekor kerbau. Duplikat Pedati Gede ini dibuat di tahun 1996, oleh para pengrajin dari Kalu Wulu, dan dibuat mengikuti ukuran dan sistem kerja dari pedati aslinya. Walaupun begitu, menurut Lurah Keraton Kasepuhan, untuk menjalankannya mereka mengaku kesulitan karena ukuran pedati yang sangat besar sehingga tidak mudah untuk mengendalikannya di jalan raya. Duplikat Pedati Gede ini dibuat dari bahan kayu jati, dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya. Disamping mereka harus mempelajari sistem kerja dari Pedati Gede yang asli, yang sudah mulai rusak di makan usia, kesulitan lain yang dihadapi adalah sulitnya mencari bahan baku kayu jati yang berkualitas dengan ukuran yang cukup untuk membuat roda pedatinya.




Kereta Singa Barong



Kereta Singa Barong adalah salah satu kendaraan kebesaran milik Keraton Kasepuhan Cirebon. Kereta ini kini tersimpan di museum yang terletak di dalam komplek Keraton Kasepuhan. Bentuknya yang sangat unik dan indah ini terinspirasi dari mimpi Pangeran Losari, adik dari Panembahan Ratu I, Raja Kasultanan Cirebon yang kedua. Dalam mimpinya tersebut Pangeran Losari melihat mahluk prabangsa yang mempunyai badan seekor singa, berkepala burung garuda dan berbelalai seperti seekor gajah memegang sebuah trisula. Mahluk bersayap tersebut terbang dengan gagah mengelilingi angkasa. Ketika hal tersebut disampaikan kepada kakaknya, Panembahan Ratu, maka wujud mahluk tersebut menjadi inspirasi untuk membuat kereta kerajaan yang baru, menggantikan Pedati Gede Pekalangan.
Melalui tangan Ki Gede Kaliwulu atau Ki Gede Natagana, dibuatlah kereta tersebut pada tahun 1571 tahun Saka atau tahun 1649 M.
Hal tersebut sesuai dengan sengkalan tahun yang menyebutkan bahwa dibuatnya kereta tersebut dilambangkan dalam sengkalan yang berbunyi "Iku Pandhita Buta Rupane" yang artinya = Itu Pendeta Raksasa Wujudnya. Sengkalan adalah perlambang yang menjadi simbol terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. Dalam simbolisasi tersebut tiap angka mewakili watak atau wujud sesuatu. ( Iku = 1, Pandhita = 7, Buta = 5, Rupa/Rupane = 1 (dibaca terbalik dari belakang)) . Kereta ini menjadi kereta dinas Sultan yang digunakan untuk berkeliling memantau kegiatan di seluruh wilayah Keraton pada jaman dahulu.
Walaupun dibuat hampir 500 tahun lalu, tetapi kereta ini telah di desain dengan memikirkan hal-hal yang dangat mendetail. Kereta mempunyai 4 buah roda, dengan roda di depan yang lebih kecil dibandingkan dengan roda belakangnya. Roda-roda ini dibuat sedemikian rupa sehingga ketika melewati jalanan becek, maka lumpur atau tanah tidak akan mengotori badan kereta. Kereta juga dibuat dengan memikirkan sistem suspensinya sehingga memberi kenyamanan bagi pengendaranya dan mengurangi terjadinya goncangan ketika melewati jalanan yang tidak rata. Kereta ditarik oleh 4 ekor kerbau bule, dan untuk mengemudikannya, dibuat tuas dengan sistem hidrolik sehingga memudahkan sais kereta untuk mengendalikannya.Pada Tahun 1942, kereta mulai tidak digunakan lagi dan disimpan di museum Kereta Singa Barong yang berada di Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon.

Pada tahun 1996, dibuatlah replika / duplikat Kereta Singa Barong yang dikerjakan oleh para pengrajin ukir dari Desa Kaliwulu - Kabupaten Cirebon. Desa tersebut merupakan desa sentra pengrajin pahatan dan ukiran di Cirebon yang juga merupakan turunan dari Ki Gede Kaliwulu, pencipta Kereta Singa Barong yang asli. Kereta Replika ini dibuat dalam rangka menyambut Festival Keraton Nusantara I yang diselenggarakan di Kota Cirebon pada tahun 1996. Kereta inilah yang sekarang ini bisa dilihat masyarakat berkeliling kota pada saat perayaan-perayaan tertentu seperti ketika diadakan Kirab budaya dalam rangka Festival Topeng Nusantara dan juga Kirab Budaya memperingati Hari jadi Kota Cirebon yang diadakan tiap tanggal 1 Muharram, bertepatan dengan tahun baru Hijriyah. Untuk menariknya tidak lagi diperlukan 4 ekor kerbau bule seperti dahulu, melainkan hanya dengan 2 ekor kerbau biasa saja. Akan tetapi dari bentuk dan ukuran kereta, diusahakan tidak berubah dari kereta yang aslinya.

Saturday, November 12, 2011

Golden Hours


Memotret di kala golden hours memang sungguh-sungguh menyenangkan. Cahaya langit dikala itu berwarna kuning keemasan dan karena matahari masih dekat dengan horison, maka sinarnya juga kelihatan lebih soft dan hangat. Golden hours atau ada juga yang menyebutnya sebagai magic hours adalah waktu sekitar satu jam sebelum atau setelah matahari terbit ataupun tengelam.

Disaat-saat tersebut, langit akan terlihat sangat indah. Suasana alam jadi lebih kelihatan hangat dan menentramkan. Biasanya banyak orang menunggu saat-saat seperti ini untuk mengabadikan suasana sunset atau sunrise.

Ada beberapa tip yang biasa disampaikan oleh para fotografer untuk menghasilkan foto yang indah selama jam-jam emas ini. Antara lain :

1. Cek waktu kapan matahari tenggelam atau terbit di lokasi dimana anda akan memotret. Perbedaan letak geografis suatu daerah tentu akan berpengaruh terhadap waktu kapan matahari terbit ataupun tenggelam

2. Nggak ada salahnya datang lebih awal ke lokasi. Disitu kita bisa mengeksplore terlebih dahulu keadaan lokasi, dimana kita bisa menemukan view yang indah, angel yang baik ataupun komposisi yang bagus. Jadi kita nggak sia-sia datang ke tempat tersebut

3. Jangan bergantung pada auto white balance. Coba pergunakan setting manual untuk menghasilkan warna yang lebih hidup. Anda juga bisa menggunakan fasilitas auto-preset yang tersedia di kamera seperti "sunny" & "cloud". Cobalah memotret beberapa kali dengan setting white balance yang berbeda dan cek hasilnya untuk menemukan suasana yang anda inginkan

4. Cek exposure pada kamera. Untuk meampilkan subyek pada foreground, anda bisa gunakan exposure yang lebih tinggi. Atau anda juga bisa menggunakan speed yang lebih rendah dan bantuan flash. Jika anda ingin lebih menonjolkan back ground, cobalah dengan exposure rendah atau gunakan speed tinggi untuk menghasilkan siluet yang tajam
5. Gunakan tripod untuk menghindari guncangan atau jika anda ingin memperoleh gambar yang lebih tajam ketika menggunakan speed rendah.

Friday, September 23, 2011

Stress Release

Banyak cara-cara yang dilakukan orang jika ingin mengurangi stress. Suasana hati yang berat, penat, tertekan, jadi lebih plooong ketika kita mengeluarkan energi negatif dan memasukkan energi positif ke dalam tubuh kita. Ada satu cara yang biasa aku lakukan jika ingin mengeluarkan energi buruk dalam pikiranku ini yaitu bercanda dengan anak-anak.
Ya... kadang-kadang hanya bergurau ha ha hi hi.. membicarakan kekonyolan yang sepele, atau menertawakan acara di televisi jika kita sedang menonton tv bersama. Tapi.. sepertinya itu jadi obat mujarab juga untuk menghilangkan stress. Anak-anak sudah mulai beranjak besar. Yang satu, tahun ini sudah SMA kelas 3 dan adiknya baru masuk SMA. Hanya saja mereka sekarang tinggal bersama neneknya karena ibu mertua memaksa untuk mengurusi mereka ketika tahun lalu pensiun dari pekerjaannya. Katanya biar nggak bengong dan kena post power syndrome, jadi lebih baik ngurusin cucu-cucu. Semuanya anakku cewek, jadi mereka lebih dekat ke aku, mamahnya... ketimbang ke papahnya. Jika kita berempat sedang bercanda, maka si ayah akan jadi pihak yang kalah dipojokkan oleh kita bertiga. Sungguh kebersamaan ini merupakan anugerah yang tak terhingga dan kusyukuri benar... karena keluarga adalah hartaku yang paling berharga.
Alhamdulillah anak-anakku bukan anak-anak yang penuntut. Bahkan untuk membeli buku cerita, komik atau novel yang diinginkannya mereka sengaja menabung dari uang saku mereka, dan jarang meminta kepadaku. Kesukaan mereka pada buku ini mungkin karena kebiasaan-kebiasaan kecil yang kulakukan ketika mereka kecil. Sebelum mereka bisa membaca sendiri, kadang aku membacakan buku cerita ketika mereka hendak tidur. Mereka sangat antusias melihat gambar-gambar dibuku dan menujuk ini itu sambil mulutnya berceloteh menanyakan atau mengomentari apa yang ada di dalam buku. Sering celotehnya ini membuat aku tersenyum, mengkerutkan dahi atau juga malah tertawa. betapa masa-masa itu seperti belum lama melintasi hidupku.
Kini ketika mereka sudah besar, celoteh-celoteh itu berubah jadi gurauan kritis. Yang kadang-kadang aku tidak menduga sama sekali bisa keluar dari mulut mereka. Kadang-kadang masih membuatku tersenyum, mengeryitkan dahi bahkan tertawa. Seperti juga kejadian yang sama di masa lalu.. hanya saja komentar mereka jauh lebih pintar sekarang.
Karena ayahnya suka bercanda dan juga punya selera humor yang tinggi, maka anak-anak kadang menganggap kita sebagai teman bicara. Walaupun pada waktu-waktu tertentu ayahnya juga bisa tegas mengenai sesuatu, anak-anak tidak pernah mengkonfrontir jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Seperti saat si sulung mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan sekolahnya nanti ke jurusan Seni Rupa atau Game Maker. Rupanya dia sudah tau betul karakter dirinya yang paling nggak suka kalau disuruh menghafal pelajaran di sekolahnya. Dari kecil dia lebih suka main puzzle ketimbang boneka. Mengutak-atik komputer, belajar membuat karakter komik sendiri dan download program SAI di PC miliknya. Sedikit-pun kami tak pernah mengajarinya dan memaksakan keinginan kami. Karena kami ingin mereka menemukan apa yang adi kebisaan mereka sendiri , daripada memaksakan keinginan kita, orangtuanya. Orang tua boleh berharap, tapi menurutku apa yang mereka tekuni nanti harus berasal dari kemauan mereka sendiri. Dengan begitu mereka bisa belajar untuk konsekuen atas langkah yang akan mereka ambil dan lebih bertanggung jawab dalam menentukan pilihannya.
Ternyata sejauh ini cara itu lumayan berhasil. Jika mereka memilih untuk menekuni sesuatu maka mereka akan menjalaninya dengan baik. Contohnya si bungsu yang memilih untuk latihan wushu di salah satu klenteng di Cirebon sini. Walaupun latihan-nya cukup berat dan waktu latihannya juga jam 19.00 - 22.00, 2 kali dalam seminggu, sampai sekarang dia masih senang menjalaninya. Bahkan ketika teman-teman cewe satu sekolahnya mulai berguguran satu persatu tak pernah lagi datang ke latihan, dia tetap minta diantarkan untuk berangkat. Karena penasaran, lama-lama aku nggak tahan untuk menayakan kenapa dia tetap bertahan ikut latihan sementara teman-temannya nggak pernah berangkat lagi. Dan jawabannya adalah : " Buat stress release mah! Sheila udah capek ngerjain tugas terus dari sekolah...."
Lain lagi sama si sulung.. cara dia untuk menghilangkan stress adalah main ke game center di salah satu hypermart di kota ini. Rupanya ada game kesukaannya yang hanya ada di game centre itu. Rela dia bela-belain pergi sendirian kesitu, naik angkot cuman mau maen game doang. Habis selesai maen, ya udah... pulang sambil kemudian bercerita seru ke adiknya soal permainannya tadi. Adiknya terus aja menanggapi sambil komentar ini itu dan akhirnya mereka ketawa ha ha hi hi berdua.
Kadang-kadang jika ada waktu luang, aku ikut mendengarkan dan melihat lagu-lagu kesukaan mereka. Yang kecil sukaa banget sama 2PM dan Big Bang, Boys Band asal Korea yang juga ngetop sampai kemana-mana... herannya dia sama sekali nggak tertarik sama boysband tanah air yang sekarang ini lagi naik daun. Tidak satupun... satu-satunya yang dia suka ya cuma RAN saja, soalnya katanya nggak ikut-ikutan sama yang laen-laen.
Kadang-kadang malah aku yang dipaksa mendengarkan lagu-lagu baru dari band-band atau penyanyi selera mereka seperti Owl City, Avril Lavigne bahkan Paramore. Hh.. dasar anak-anak, herannya aku kok ya nurut aja yaa he he he... Akhirnya beberapa lagu-lagu mereka ini jadi akrab ditelingaku, bahkan ketika punya kesempatan karaoke bersama di salah satu tempat karaoke keluarga (untuk stress release juga) aku disuruh ikut menyanyikan lagu Tik-Tok nya Kesha... sampai-sampai ayahnya nanya "Kok mamah ngerti sihh".. ha ha ha gimana nggak ngerti... lha sering denger ya lama-lama ikut nyanyi juga...
Soal kebiasaanku-kebiasaanku yang akhirnya mengikuti selera mereka ini si bungsu pernah bilang " Mamah jangan jadi mak-mak yang kaya tante-tante itu yaa" katanya "Memangnya kenapa?" tanyaku "Soalnya mamah kan gaul, nggak suka dandan menor, rambutnya nggak sasakan, nggak pake baju yang cewek banget, nggak suka nonton sinetron, sukanya motret sama nge-blog, terus suka sama lagu-lagu kita... mamah seruuu..." ha ha ha.....

Thursday, September 22, 2011

Telaga Warna Dieng



Dataran tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang mempunyai kawah-kawah yang tersebar di beberapa tempat. Dataran ini terletak di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Beberapa kawah disana masih aktif dan kadang-kadang masih menyemburkan lumpur atau air panas. Namun beberapa juga sudah mati dan kemudian membentuk cekungan yang terisi air dan akhirnya menjadi danau atau telaga.
Jika berkunjung ke Dieng, mampirlah barang sejenak ke telaga warna. Telaga ini juga merupakan bekas kaldera yang mati, dan menjadi sebuah danau yang indah. Disebut telaga warna karena warna air disana terlihat berwarna-warni. Hijau, putih dan kebiru-biruan. Dulu.. konon katanya kadang telaga ini juga mengeluarkan warna merah. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan sulfur di dalam telaga dan juga ganggang-ganggang yang tumbuh didalamnya bereaksi dengan air telaga dan menimbulkan warna telaga seolah berubah-ubah.
Hanya saja, mengenai asal-usul warna telaga ini, penduduk disana kadang berkata lain. Cerita riwayat telaga ini bahkan sering aku dengar ketika aku masih kecil. Kebetulan ayahku bekerja sebagai pegawai pemda di Kabupaten Wonosobo, jadi beliaulah yang menyambungkan cerita rakyat itu kepadaku dan saudara-saudaraku. Konon katanya dahulu pernah ada seseorang turunan raja yang membuang perhiasannya kedalam telaga. Warna-warni batu permata inilah yang kemudian berpendar dan membias sehingga membuat air telaga kelihatan berwarna-warni.
Ketika ayahku kemudian bertugas menjadi camat sekitar tahun 1990-an, di kecamatan Kejajar, Kecamatan di wilayah Wonosobo dimana pegunungan Dieng ini berada, keindahan telaga warna ini masih menjadi daya tarik para wisatawan untuk pergi kesana. Sayangnya penataan disekitar kawasan belum begitu baik. Dulu.. disini ada jembatan gantung yang menghubungkan satu sisi telaga dengan sisi yang lain. Ketika aku mengajak teman-teman satu kost-ku semasa aku kuliah dulu jembatan itu sudah rusak dan tak bisa dilewati lagi.
Kini penataan disekitar telaga sudah mulai dilakukan. Walaupun belum bisa dikatakan baik, tapi kelihatannya upaya kesana sudah mulai dilakukan. Terakhir kesana bulan lalu suasana telaga tak berbeda jauh dengan dulu. Bahkan pohon yang tumbang dan rebah di pinggir telaga yang aku lihat dulu waktu kesana sekitar tahun 1980-an, juga masih ada ditempatnya.
Di komplek telaga ini juga terdapat gua-gua yaitu Gua Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran. Namun jika anda ingin memasuki gua-gua tersebut anda harus minta ijin terlebih dahulu pada juru kunci yang menunggu gua. Seperti layaknya beberapa tempat yang dikenal punya suasana mistis. Tempat-tempat seperti itu biasanya mempunyai mitos-mitos tertentu yang menyertai kejadian-kejadian yang kemudian melandasi penamaan dari tempat tersebut. Misalnya Gua Semar. Semar adalah tokoh punakawan dalam cerita Mahabarata yang terkenal akan kebijakannya. Gua Semar ini juga dipercaya sebagai tempat yang dijaga oleh Eyang Semar, sehingga banyak penduduk yang ingin mencapai tujuan tertentu kemudian bersemedi disini. Tujuannya adalah agar diberi keselamatan oleh Tuhan yang Maha Esa dan mendapatkan ketenangan dalam hidup dan kesuksesan dalam mencapai tujuannya.

Dandelion





Saat jalan-jalan ke Dieng beberapa waktu yang lalu mataku tertuju pada sekumpulan bunga-bunga putih diatas rerumputan yang basah. Hari sudah mulai sore waktu itu, tapi remang-remang sore-pun tak mampu menyembunyikan kecantikan bunga ini dari perhatianku. Sedikit berlari aku kemudian menghampiri berusaha mengabadikannya dengan kameraku dari berbagai sudut. Baru kulihat bahwa bunga-bunga ini begitu cantik tumbuh diantara rerumputan hijau dataran tinggi Dieng. Sejuknya hawa pegunungan rupanya membuat bunga-bunga ini tumbuh subur disini. Tak seperti di dataran rendah, bunga dandelion disini terlihat lebih besar dan penuh.
Dandelion, atau di Jawa dikenal sebagai Randa Tapak adalah salah satu bagian dari genus besar Asteraceae. Bunga ini dalam bahasa latin disebut Taraxacum.
Dan tumbuh menyebar di seluruh dunia. Di Jerman, bunga ini dikenal dengan nama Lowen Zahn atau si gigi singa, karena bentuk daunnya yang bergerigi, mirip gigi-gigi gergaji atau gigi singa yang tajam-tajam. Pada waktu kuncup mulai berbunga, kelopak bunga berwarna kuning terang. Sungguh kontras dengan warna rerumputan yang menghampar hijau di sekitarnya. Namun lama-kelamaan kelopak kuning tersebut mulai gugur dan berganti dengan biji-biji yang berbulu halus membentuk bulatan di ujung batang bunganya. Biji-biji ini kemudian akan menyebar jika tertiup angin dan akan tumbuh menjad tumbuhan baru ditempat dia jatuh.
Dandelion di dataran tinggi dieng ini diameternya bisa mencapai 5 cm. Tidak seperti di dataran rendah, bunganya jadi lebih kecil karena mungkin tidak cocok dengan hawa panas. Bunga ini tumbuh baik di hawa dingin dan kelembaban udara tinggi seperti dataran tinggi di Dieng ini. Barangkali jika tumbuh di daerah sub tropis seperti Eropa atau Asia Timur, bunganya bisa lebih besar lagi ya?

Landscape






Subhanallah...Indahnya ciptaan Tuhan.. Sayangnya kadang manusia lupa untuk selalu memeliharanya. jadi karena keteledoran dan kecerobohan manusia sendiri akhirnya keindahan bentang alam ciptaan Allah ini jadi merana. Mungkin karena tuntutan jaman, penduduk yang makin padat dari tahun ketahun, juga karena ketidakpedulian manusia terhadap alam.
Akan tetapi toh bentang alam ini tak habis-habisnya di eksplore manusia. Sungguh satu bukti kekayaan dan kemurahan hati Allah bagi kita semua. Dan salah satu cara kita bersyukur adalah mengabadikannya dengan kamera, dan berbagi ke semua teman sambil menyerukan... "Sungguh.. betapa Allah itu Maha Indah... tak ada satu makhluk-pun yang dapat menandingi ciptaanNya.. " Dan sewajibnya pulalah kita selalu menyerukan Alhamdulillah.. untuk semua karunianya kepada umat-Nya

Menghargai apa yang kau miliki


Hidup adalah perjuangan
Hidup ini untuk mengelola masalah
Dalam hidup kita dituntut untuk tetap yakin
Serta siap untuk mempertahankan diri

Ketika titik terendah dalam kehidupan kita pijak
Kita baru bisa mengukur seberapa kuat kita mampu bertahan
Dan apalagi yang bisa menahan hidupmu
Kalau bukan keyakinanmu pada kuasa Allah

Allah pasti tidak akan memberikan cobaan melebihi kekuatan yang dapat dipikul oleh hambaNya. Itu yang selalu diajarkan orangtuaku kepadaku. Keyakinan itulah yang memacu kita agar kita harus selalu bertahan dalam segala macam keadaan. Keyakinan bahwa akan selalu ada pertolongan bagi hambaNya yang senantiasa percaya kepadaNya, selalu berusaha aku lekatkan di hatiku. Dan terbukti bahwa selama ini Allah tak pernah tidur. Dia rela mendengarkan keluhan hambaNya yang sedang sedih, galau, gundah dan bahkan kadang-kadang marah. Ooh... betapa besar kekuatan cintaNya kepada kita.

Seringkali orang juga beranggapan bahwa nilai rizki yang diberikan Allah hanya dihitung dari nilai materi. Apalah artinya kekayaan duniawi.. toh kita juga tak akan membawanya ke liang kubur. Harta dalam bentuk materi hanyalah titipan. Jika sewaktu-waktu Allah berkehendak untuk mengambilnya maka musnahlah sudah. Tapi jika sebaliknya, Allah berkehendak untuk mendatangkannya dengan tiba-tiba maka datang jualah dia. Kunfayakun !! Jadi tak usahlah menghambakan dirimu untuk mencari kenikmatan dengan mencari harta yang berlebih. Mintalah untuk dicukupkan saja... Tetapi jika Allah berkehendak lain dengan melebihkannya, maka belanjakanlah dia untuk bekalmu di syurga nanti. Berikan santunan kepada para yatim piatu dan janda di sekitarmu, berikan infaq dan sodaqoh ke masjid-masjid di sekelilingmu, dan berikanlah pendidikan yang baik untuk anak-anakmu. Karena anak adalah harta kita yang paling berharga. Doa anak yang shalih dan shalihah pulalah yang bisa menemani kita di syurga. Dan jika kau berikan ilmu-mu yang bermanfaat kepada mereka, InsyaAllah itulah yang akan menjadi teman dan penolongmu di syurga...
Jadi... lihatlah lagi bahwa apa yang telah Allah berikan kepadamu itu pasti ada harganya. Harga yang tak hanya melulu diukur dengan uang atau materi. Harga yang bisa dilihat dari matahatimu jika kau mau berfikir lebih jernih. Dan yakinlah apa yang telah diberikan kepadamu adalah sebaik-baiknya rencana Allah untuk hidupmu.



Wednesday, July 6, 2011

Etika Profesi

ini sih share aja..berbagi pengalaman menggeluti dunia kerja sebagai perencana...., ternyata kadang bikin makan ati juga. Rupanya tidak semua orang, bahkan yang nota bene sudah malang melintang dan bergelar tinggi, yang perduli pada apa itu yang namanya etika profesi. Syukur Alhamdulillah, bahwa ketika keluar dari pendidikan dan bergelut di bidang desain sampai sekarang kita masih berusaha mentaati rambu-rambu etika... Yah paling tidak, orang-orang disekitar lingkungan deketku nggak ikut-ikutan sikut sana sini biar bisa dapetin proyek dengan cara yang tidak beradab. Buat kita... klien, bagaimanapun watak dan kelakuannya, tetep customer yang harus dilayani dengan baik. Untung juga karena dunia disekitarku nggak mengajarkan untuk berbuat culas...

Tapi... yang namanya ketemu orang-orang yang menganggap sepele profesi kita dan menghargai "murah" karya cipta orang laen mah udah biasaaa... Sebenernya bukan melulu materi yang dipermasalahkan, tapiii... masak iya sih jerih payah kita dibayar segitu? bahkan setelah bolak-balik kesana-sini malah kadang cuman diganti buat ongkos transport.. :( nasiiib...nasiiib... cuman bisa geleng-geleng kepala...Atau ada juga kadang-kadang cuman ngeliat hasil produk dan menghargainya dengan harga sekian rupiah perlembarnya.... emangnya kita drafter buuu :(

Pernah sekali waktu, udah ada kesepakatan untuk bikin desain perumahan... deal dengan harga sekian.. Waah, setelah kita sepakat... udah tuh kita kerjain semuanya.. udah gitu orangnya minta cepet lagi.. katanya supaya proses ke bank-nya juga lancar.... Apa mau dikata.. begitu gambar jadi, baru juga dibayar DP 30 %, katanya proyek-nya nggak jadi dibangun... jadi sisa biaya desain-pun belum bisa dibayarkan. Janji mereka, kalau nanti suatu saat pembangunan jalan lagi, bakalan diselesaikan sisa pembayarannya.... Tapi setelah beberapa tahun berjalan dan perumahan itu bener-bener dibangun mereka udah lupa tuuh ama janjinya...

Laen lagi cerita seorang teman di dunia maya, yang pakai jasa arsitek untuk bikin rumahnya. Dia udah bikin kesepakatan untuk membayar si arsitek tersebut sekian persen dari biaya konstruksi, termasuk didalamnya pengawasan berkala selama proyek dibangun sebanyak sekian kali. Tapi begitu desain selesai dan proyek berjalan si arsitek ini tiap di telpon bilangnya sibuk mulu. Dimintai advise dan diminta datang bilangnya lagi repot ngawas proyek yang laen. Sampai akhirnya si yang punya rumah kesel, dan bayar semua sisa pembayaran lalu bilang bye-bye.. Lebih baik begitu dari pada makan ati..., katanya (semoga aku tidak termasuk golongan yang seperti ini he he)

Pengalaman terakhir ketika menang sayembara desain yang diselenggarakan oleh Pemda si salah satu kota di negeri ini. Pemda memutuskan untuk menunjuk salah satu konsultan untuk mengerjakan DED-nya... maka ditunjuklah salah satu konsultan terpercaya yang diminta untuk berkoordinasi dengan pemenang desain (tim kami). Sempet dipanggil 3 kali ke kantor mereka. Yang pertama dipertemukan olah tim pembangunan dari Pemda kota ybs, yang udah wanti-wanti supaya salah seorang dari tim pemenang loma dilibatkan dalam proses pengerjaan DED. Kebetulan chief architect kita tidak bisa ikut terlibat karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan, jadi beliau menunjuk salah satu anggota tim untuk mewakilinya. Tapi rupanya konsultan terkemuka yang dipimpin oleh Profesor anu, yang katanya karyanya sudah tersebar diseantero nusantara ini, mencoba menginterprestasikan kembali desain kami. Yang sayangnya mencoba memasukkan komponen-komponen yang menjadikan desain awal jadi berubah total. (ini kita dapet informasi dari panitia, soalnya setelah proses DED berjalan kita tidak lagi dilibatkan. Dan ketika panitia mempermasalahkan perubahan desain mencoba mengontak kita lagi untuk menanyakan kenapa bisa jadi seperti itu). Usut punya usut ternyata si konsultan ini tadinya ikut juga jadi peserta lomba tetapi tidak dapat nominasi menjadi pemenangnya... Apakah ini yang menjadi sebab mereka berusaha memasukkan ide-ide mereka ke dalam desain yang baru yaa?
Buat kita perubahan desain pada waktu akan dilaksanakan konstruksinya ,sebenarnya tidak jadi masalah lagi. Ketika kita dinyatakan sebagai pemenang lomba dan akhirnya tidak mengerjakan gambar kerjanya, kita anggap bahwa desain itu sudah jadi milik pemda. Jadi pemda berhak untuk membuat perubahan, mengganti atau menambahkan apa yang mereka anggap perlu di dalam desain. Soalnya.. kita tahu laah, kapasitas penyajian untuk lomba kan tidak selengkap gambar di proyek. Masih ada ini itu yang harus disesuaikan dan disinkronisasikan dengan kondisi di lapangan. Cumaa.. yang jadi masalah.. ini si pemda nggak mau desain yang laen. Mereka maunya yaa seperti yang menang lomba kemaren.. nah lo! akhirnya gambar DED itu dirubah kembali disesuaikan dengan desain awal milik kami.
Sangat disayangkan bahwa seseorang yang katanya sudah bergelar profesor dan sudah lama malang melintang didunia perencanaan ini mengambil sikap seperti itu. Apa beliau lupa pada etika berprofesi yang baik, hanya karena ego-nya sendiri kah? Tidak terima dikalahkan oleh kami-kami ini, yang mungkin dianggap belum punya nama apa-apa di dunia ke-arsitekturan di tanah air... Apa iya beliau mencoba bertepuk dada sambil berseru "Ini loh gue... gue juga bisa bikin yang lebih bagus dari karya pemenang!". Masalahnya disini bukan bagus dan tidak bagus, pemda dan panitia sayembara sudah memutuskan dan mereka rupanya sudah mengangan-angankan bakal punya gedung seperti yang kami desain. Jadi... selayaknyalah kita sesama profesi arsitek menghargai karya intelektual orang lain.. ya khan?

Jadi... kalau orang bilang bahwa orang yang sekolah-nya tinggi, berpangkat dan berkedudukan lebih bisa menghargai profesi orang, dan memperhatikan etika ketika ia berprofesi, ternyata tidak benar... Etika profesi tidak bisa ditentukan dari tinggi rendahnya pangkat, kedudukan atau pendidikan seseorang. Etika profesi datang dari hati yang ikhlas. Karena dengan ikhlas maka kita relakan apa yang sudah kita kerjakan untuk kita dudukkan pada tempat yang benar, Kita hargai orang laen yang berpartner dengan kita sederajat dan sama kedudukannya dengan kita. Dan kita menjaga agar hubungan dengan siapapun yang bekerja dengan kita, bisa selaras dan seimbang, harmonis dan saling menghargai, seperti layaknya kita juga ingin dihargai dengan profesi kita. Menghargai hasil kerja orang lain tidak akan merendahkan derajat kita dimata orang kok... justru orang malah akan lebih respect karena kita bisa lebih oyektif dan bijak dalam menyikapi permasalahan dalam dunia profesi.





Friday, June 17, 2011

Dimintain tolong motret prewedding (lagi...;-))





Sekali lagi...
dimintanin tolong motret pre wedding... ;-). Aku sih seneng-seneng aja... Secara..., itu salah satu hobby gue gitu looh... Emang kagak gw komersilin, apalagi yang minta tolong orang deket. Biasa.. karena gak kuat bayar photographer pro.. jadinya dengan muka dimanis-manisin deketin gw untuk bisa di fotoin..(ting... ting.. ting...sambil kedip-kedip mata yang nggak kelilipan gitu..... he he). Dasar gw juga emang kegatelen pengin mencet tuh tombol shutter, jadi mau ajah dimanpaatin ya... ha ha ha.. tapi gw ikhlas ridho koq... kan gue baik hati, tidak sombong, rajin bekerja, berbakti pada orang tua.. halah!
Back to the topic.... Jadilah dengan berbekal kamera dan lensa-ku yang seadanya inih, ditambah kostum alakadarnya jadilah kita janjian kapan mau ambil foto. Berhubung si cewe sibuk kerja jadi SPG dan musti cari2 hari dan waktu yang lowong buat difoto, akhirnya jadilah Jumat sore itu kita janjian berangkat. Tunggu punya tunggu... eh.. taunya dua anak itu nongol dalam keadaan belum siap jam 4 sore... Bayangin... pusing gue.. mau motret jam brapa neeh? Cepet-cepet mereka aku suruh ganti baju.. dan langsung aja kita cabut ke lokasi... Pantai Kejawanan.
Untung banget cuaca hari ini gak mendung, walaupun awan banyak juga... Sampai di Kejawanan kira-kira jam 5-an.... orang2 yang maen ke pantai lagi pada bubaran mau pulang. Bentar lagi maghrib... Hayuuuk.. buruan... cepet cari spot yang ok....
Setelah gw pasang aksi pegang kamera, (lho.. kok yang nggaya malah photographer-e toh?) masalah laen timbul... Aduuh.. ini cewe.. mau difoto pre wedding kok kaya mau bikin pasfoto 3 x 4. Masa gak bisa nyante dikit gitu ? Gw garuk-garuk kepala... "Malu. mbak... kagak biasa difoto.." katanya... jadi.. asisten dadakan gw.. Si Adi yang cerewet nyuruh ini itu, ngatur ini itu. "Lihat sana.. gak usah liat kamera..., senyum doong.. Aduh.. badannya jangan tegak gitu.. rada nyender napa... Daah.. ngobrol ajah,.. ngobrol sendiri..."..ha ha ha... sementara gw nyuri-nyuri moment.. kira-kira pas posenya rada bener... langsung jepret! Tapi... baru juga beberapa jepretan matahari udah mulai ngilang... ;(Lalu.. mata gue yang biasa jelalatan cari-cari obyek penderita ini tiba-tiba menangkap lampu-lampu yang menyilaukan di kejauhan... Aha! lampu-lampu salah satu kapal ikan yang sedang bersandar di dermaga dinyalakan! Rupanya ABK sedang ngecek beberapa peralatan dan mesin kapal... Ayo.. cepet! cepet! kita kesana.. Buruan ganti baju di mobil ! pake baju yang nyante aja.. cepetan!
Untung aja si ABK masih utak-atik di kapal... Cepet-cepet cari pose yang enak (tetep aja si cewe nggak bisa nyante :( ) langsung jepret-jepret... Baru juga 5 kali neken tombol shutter.. tiba-tiba tep! tep! tep!... lampu mulai dimatiin satu-satu... hu hu hu... kasihaan.... deh dirikyu....Ya wis laah... akhirnya dengan berharap-harap hasilnya bakalan ada yang bagus.. pulang deh kita... Habiiis... siapa suruh berangkatnya kesorean.. Coba dari jam 3 tadi kek... kan masih bisa leluasa nyari2 lokasi dan spot yang rada keren...
At last..... setelah koreksi dikit disana-sini dan masuk kamar editing Adobe CS3-ku.. inilah beberapa hasil jepretanku waktu itu...Silahkan komen dan kritik habis kalo lo mau...