Dataran tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang mempunyai kawah-kawah yang tersebar di beberapa tempat. Dataran ini terletak di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Beberapa kawah disana masih aktif dan kadang-kadang masih menyemburkan lumpur atau air panas. Namun beberapa juga sudah mati dan kemudian membentuk cekungan yang terisi air dan akhirnya menjadi danau atau telaga.
Jika berkunjung ke Dieng, mampirlah barang sejenak ke telaga warna. Telaga ini juga merupakan bekas kaldera yang mati, dan menjadi sebuah danau yang indah. Disebut telaga warna karena warna air disana terlihat berwarna-warni. Hijau, putih dan kebiru-biruan. Dulu.. konon katanya kadang telaga ini juga mengeluarkan warna merah. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan sulfur di dalam telaga dan juga ganggang-ganggang yang tumbuh didalamnya bereaksi dengan air telaga dan menimbulkan warna telaga seolah berubah-ubah.
Hanya saja, mengenai asal-usul warna telaga ini, penduduk disana kadang berkata lain. Cerita riwayat telaga ini bahkan sering aku dengar ketika aku masih kecil. Kebetulan ayahku bekerja sebagai pegawai pemda di Kabupaten Wonosobo, jadi beliaulah yang menyambungkan cerita rakyat itu kepadaku dan saudara-saudaraku. Konon katanya dahulu pernah ada seseorang turunan raja yang membuang perhiasannya kedalam telaga. Warna-warni batu permata inilah yang kemudian berpendar dan membias sehingga membuat air telaga kelihatan berwarna-warni.
Ketika ayahku kemudian bertugas menjadi camat sekitar tahun 1990-an, di kecamatan Kejajar, Kecamatan di wilayah Wonosobo dimana pegunungan Dieng ini berada, keindahan telaga warna ini masih menjadi daya tarik para wisatawan untuk pergi kesana. Sayangnya penataan disekitar kawasan belum begitu baik. Dulu.. disini ada jembatan gantung yang menghubungkan satu sisi telaga dengan sisi yang lain. Ketika aku mengajak teman-teman satu kost-ku semasa aku kuliah dulu jembatan itu sudah rusak dan tak bisa dilewati lagi.
Kini penataan disekitar telaga sudah mulai dilakukan. Walaupun belum bisa dikatakan baik, tapi kelihatannya upaya kesana sudah mulai dilakukan. Terakhir kesana bulan lalu suasana telaga tak berbeda jauh dengan dulu. Bahkan pohon yang tumbang dan rebah di pinggir telaga yang aku lihat dulu waktu kesana sekitar tahun 1980-an, juga masih ada ditempatnya.
Di komplek telaga ini juga terdapat gua-gua yaitu Gua Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran. Namun jika anda ingin memasuki gua-gua tersebut anda harus minta ijin terlebih dahulu pada juru kunci yang menunggu gua. Seperti layaknya beberapa tempat yang dikenal punya suasana mistis. Tempat-tempat seperti itu biasanya mempunyai mitos-mitos tertentu yang menyertai kejadian-kejadian yang kemudian melandasi penamaan dari tempat tersebut. Misalnya Gua Semar. Semar adalah tokoh punakawan dalam cerita Mahabarata yang terkenal akan kebijakannya. Gua Semar ini juga dipercaya sebagai tempat yang dijaga oleh Eyang Semar, sehingga banyak penduduk yang ingin mencapai tujuan tertentu kemudian bersemedi disini. Tujuannya adalah agar diberi keselamatan oleh Tuhan yang Maha Esa dan mendapatkan ketenangan dalam hidup dan kesuksesan dalam mencapai tujuannya.
1 comment:
Jadi inget Eliza (Uma Thurman) dalam film Motherhood. Dalam kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, dan pekerja, ia selalu menyempatkan diri untuk ngeblog. Beberapa pekan silam aku ќε telaga ini, cuma belum diposting aja, ntaran dah.
Iman
http://imanrabinata.blogspot.com/
Post a Comment