Friday, December 17, 2010

Ke Pantai Kejawanan Lagi...


Sebagai kota yang terletak di pinggir pantai, harusnya Cirebon punya tempat rekreasi pantai yang representatif. Tetapi yang terjadi sekarang tidak begitu. Satu-satunya taman hiburan pinggir pantai, yaitu Taman Ade Irma, yang terletak di dekat pintu Pelabuhan Cirebon kondisinya begitu mengenaskan, tidak terawat dan terkesan kumuh. Jadinya masyarakat disini lebih suka menikmati keindahan Pantai Kejawanan, yang sebenarnya itdak diperuntukansebagai kawasan wisata.
Pantai Kejawanan sendiri, merupakan bagian dari kawasan dibawah pengawasan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Cirebon, dan disini terdapat pelabuhan kecil tempat berlabuh kapal-kapal nelayan yang membawa ikan-ikan laut. Di Kejawanan terdapat TPI tempat para nelayan ini bertransaksi. TPI Kejawanan, bukan TPI yang ramai, karena hanya pada hari-hari tertentu saja TPI ini beroperasi. Diluar itu, TPI kosong dan lengang. Kabarnya Dinas terkait sedang menyiapkan rencana untuk membuat TPI ini berfungsi lebih optimal. Mungkin saja disini nantinya nelayan dan pedagang bisa bertransaksi setiap hari, sehingga suasana juga jadi lebih ramai.
Di dekat TPI dan pelabuhan ini, terdapat pantai yang berpasir hitam dan berlumpur. Jadinya... hanya sedikit saja wilayah pantai yang bisa dinjak. Selebihnya.. ada tanggul-tanggul pemecah gelombang dan tanaman bakau yang ditanam untuk mencegah abrasi.
Terakhir kesini, kawasan pelabuhan rupanya sedang dibenahi. Tanggul sekitar pelabuhan ditinggikan dan beberapa fasilitas disekitarnya ditambah. Tetapi rupanya pembangunan ini menyisakan masalah, jalan sekitar pelabuhan rusak akibat lalulintas kendaraan berat proyek. Jadi... untuk mencapai akses ke pantai kita harus melewati jalanan yang berlubang-lubang dan becek. Benar-benar tidak nyaman.
Sore itu sempat mengabadikan beberapa foto lansekap disini. Cukup indah......Gunung Ciremai dikejauhan tampak angkuh berdiri diselimui awan tipis. Lampu-lampu disekita rpelabuhan mulai menyala, dan bayangan bangkai beberapa kapal tua yang ditambatkan dipelabuhan terlihat diam. Bergoyang perlahan diterpa angin sore yang tak begitu kencang.
Beberapa orang tampak masih asyik duduk menunggu ikan menyambar kailnya. Beberapa pasang muda-mudi bercengkerama di pinggir pantai menikmati suasana sore yang agak mendung. Beberapa lagi mulai berkemas pulang karena maghrib sebentar lagi datang.
Sayangnya, deretan lapak-lapak kosong, yang ditinggal pemiliknya, berderet-deret di sepanjang tanggul pemecah gelombang tampak kumuh tak teratur. Bayangannya menutupi bibir pantai yang basah diterpa ombak kecil. Sepi mulai mencengkeram senja.
Pantai yang sebetulnya cukup indah dan nyaman jika tersentuh pengelolaan yang baik. ini, sayang sekali jika jadi terbengkalai dan kotor. Apakah tidak ada yang tersentuh untuk membuat perencanaan yang lebih baik? Sehingga Cirebon punya satu lagi obyek wisata pantai yang layak dikunjungi

Monday, November 22, 2010

Menghargai apa yang ada


Kadang-kadang kita tak menganggap bahwa sesuatu yang sepele, atau bahkan tidak pernah kita perhatikan menjadi sesuatu hal yang berarti. Ketika kita kehilangannya, baru kita merasa bahwa sesuatu menjadi kurang lengkap karenanya. Misalnya saja kancing baju yang lepas, sehingga ketika kita mau mengenakan baju favorit kita, kita kelabakan karena tak bisa memakainya dengan baik. Atau salah satu anggota badan kita, jari misalnya. Kehilangan satu jari saja, membuat genggaman kita jadi tidak kuat. Jadi.... hargailah apa yang kita punya. Walaupun nilainya mungkin kelihatan tak berarti, mungkin itu jadi pelengkap satu sistem dalam hidup kita.
Begitu pula dengan keluarga. Satu keluarga tak lengkap rasanya jika salah satu anggotanya pergi. Orangtua akan merasa kehilangan jika anak yang disayanginya tiada. Begitu pun sang anak, akan kehilangan jika orangtuanya pergi meninggalkannya. Akan tetapi... berbagai kejadian di sekitar kita kadang dapat memisahkan hubungan persaudaraan diantara keluarga. Bisa jadi itu karena perselisihan, ataupun juga kejadian-kejadian lain yang bisa terjadi, misalnya kematian, huruhara, bencana alam dan lain sebagainya. Kejadian-kejadian seperti itu hendaknya bisa dijadikan hikmah bagi kita untuk selalu berintrospeksi diri. Biar bagaimanapun, hubungan darah jangan sampai putus hanya karena satu perselisihan, sengketa atau petaka. Jadi.... sayangilah saudaramu, orangtuamu, anakmu, keluargamu semua... Karena dengan memberikan rasa sayang, maka kita akan beroleh kebahagian.
Ada satu cerita yang mungkin bisa dijadikan sebagai panutan. Begini ceritanya.....
Seorang anak yang hanya mempunyai satu mata yang bisa melihat, selalu menyalahkan ibunya yang juga hanya mempunyai satu mata. "Gara-gara ibu aku selalu dikucilkan teman-teman, dijauhi mereka, tak diajak ketika bermain" ujarnya. Ibunya hanya diam saja setiap kali anaknya marah sepulang bermain. Dia hanya bilang supaya anaknya selalu bersyukur akan apa yang sudah Allah berikan untuk hidupnya, karena diluar sana banyak orang-orang yang jauh lebih tidak beruntung dibandingkan dia. Tetapi anaknya selalu saja menggerutu dan tak mau menerima keadaan dirinya. Suatu saat... si ibu sakit keras dan akhirnya meninggal. Dia meninggalkan sepucuk surat wasiat kepada si anak.
" Anakku.... jika aku meninggal, datanglah ke dokter mata kepercayaan ibu. Kuberikan satu mata ibu sebagai pelengkap matamu. Agar kau bisa melihat dengan kedua matamu seperti teman-temanmu yang lain. Agar kau tidak diejek dan diolok-olok lagi oleh teman-temanmu. Dan agar hidupmu menjadi lebih sempurna"
Dengan berbekal surat itu, si anak pergi ke dokter mata kepercayaan ibunya itu. Sesampainya disana, disampaikannya surat wasiat itu kepada dokter. Dokter-pun tersenyum dan membuka catatan kesehatan yang disimpannya dulu. Dengan hati terharu, dokter mulai berbicara kepada anak itu " Sungguh mulia hati ibumu nak... Dulu dia berikan sebuah matanya untukmu ketika kau kecil agar kau dapat melihat dunia. Dan sekarang ketika dia tiada, dia berikan juga satu matanya agar kau bisa melihat dengan lebih sempurna. Kau yang terlahir dengan kedua matamu yang buta, akhirnya dapat melihat seluruh isi dunia ini dengan kedua mata ibumu"
Si anak terhenyak, tak bisa berucap sepatah kata-pun. Sesal dan tangisnya tak akan mampu mengembalikan lagi ibu yang telah meninggalkan dunia yang fana ini....

Emak Kucing


Ada yang menarik perhatianku siang itu ketika menyambangi Pasar Kanoman- Cirebon. Ditengah suasana hiruk pikuk pasar, orang berjualan dan saling tawar menawar, pandanganku tertuju pada sesosok perempuan yang sudah tidak muda lagi. Perempuan kurus keturunan Tionghoa itu tampak berjalan dengan semangat. Dibelakangnya beberapa ekor kucing berjalan mengikutinya. Tubuhnya yang agak bongkok karena dimakan usia tidak menghalangi langkah mantapnya. Barangkali perempuan tua itu sudah berumur diatas 60 tahun. Gurat kerut diwajahnya tak mampu menyembunyikan senyumnya. Sambil berjalan mulutnya mulai menggumamkan sesuatu.. "Puus.. puuss.. sini pusss".
Langkahnya kemudian terhenti di sebuah los pasar. Dikeluarkannya sebuah baskom plastik kecil dari keranjang yang dijinjingnya. Kucing-kucing disekitarnya mulai mengeong tak sabar. Ternyata baskom itu berisi nasi yang sudah dicampur dengan remasan ikan pindang. Makanan lezat untuk kucing-kucing pasar.
Dengan sigap tangannya mulai mengambil beberapa jumput nasi pindang itu. Membaginya dalam beberapa tempat, dan mulai membagikannya pada kucing-kucing pasar. Mulutnya tak henti-hentinya menggumamkan kata-kata sayang pada kucing-kucing liar yang tidak bisa dikatakan bersih itu. Dan dengan gembira kucing-kucing itu mulai menyantap makan siang mereka.
"Emak Kucing". Begitu aku menyebutnya. Karena aku tak tahu siapa sebenarnya namanya. Dan aku juga tidak berani mengusik keasyikan dan kegembiraannya memberi makan kucing-kucing itu. Kelihatan sekali wajahnya yang tersenyum puas dan bahagia setelah melihat kucing-kucing itu makan dengan lahap. Alangkah baiknya Si Emak. Aku sendiri tak terpikir sebelumnya untuk melakukan perbuatan seperti apa yang dia lakukan. Aku pikir, kucing-kucing itu cukup mendapatkan makanan dengan mengais sisa-sisa makanan atau sampah di pasar. Tapi rupanya Si Emak berpikir lain. Baginya, kucing-kucing itu tak cukup dengan makan ala kadarnya dari sampah pasar. Dan kebiasaanya membawakan nasi pindang untuk kucing-kucing itu, tidak hanya membuat binatang-binatang itu senang... Itupun juga dapat membuatnya bahagia...

Thursday, July 22, 2010

Ketika...

Ketika tubuhmu tak mampu lagi berdiri
Ketika tanganmu tak mampu lagi meraih
Ketika air matamu tak mau lagi mengalir
Adakah terpikir olehmu
Merapatkan dirimu di hamparan sajadahmu

Ketika hidupmu sedang terpuruk
Ketika ujian hidup datang menderamu
Mengambil semua apa yang kau punya
Adakah tersisa dalam hatimu
Cintamu pada Tuhanmu

Ketika usia mulai merangkak senja
Ketika tubuh mulai beranjak renta
Adakah terpikir olehmu
Segala upaya yang tlah kaulakukan untuk hidupmu
Yang akan mengantar dan menemani kuburmu nanti

Sesungguhnya hanya dirimulah sendiri
Yang bisa mengukur jurang terdalam dalam hatimu
Yang bisa menerawang tempat tertinggi dalam fikirmu
Yang bisa merasakan sedih dan sukamu

Dan berpegang teguhlah pada cintamu pada Allahmu
Karena hanya Dia-lah yang mampu mengubah nasibmu
Membalikkan sedihmu jadi gembiramu
Melemparkan tangismu jadi kembangan senyummu

Berbicaralah padaNya ...
Bertanyalah pada Nya ...
Curahkan segala isi hatimu kepada-Nya....
Serahkan pintamu hanya pada-Nya
Dan Dia akan menjawab seluruh tanyamu
bahkan dari hal-hal yang tak kau duga sebelumnya

Dan cukuplah dialog itu...
Cukup hanya antara kamu dan Allah-mu



Tuesday, March 30, 2010

Sunatan Masal

Gemuruh deru kereta api yang melintas sejenak mengusik kesibukan warga kampung pinggiran. Hari ini, tak seperti biasanya.. mushola At Taubah yang sehari-harinya hanya digunakan untuk aktivitas sholat dan TPA mulai dipadati warga. Maklum saja... Pak Ustadz punya hajat besar menyunatkan anak didiknya disini. Alhamdulillah.... masih banyak juga orang yang mau berderma, menyisihkan tenaga atau hartanya untuk membantu kelancaran aktivitas ini. Pak Ustadz-pun bisa tersenyum, melihat beberapa anak asuhnya bisa menjalani salah satu sunnah Rasul diusia dini.

Perjuangan Pak Ustadz untuk menularkan ilmu agama disini memang tak bisa dibilang mudah. Kampung pinggiran ini dulunya dikenal sebagai salah satu kampung preman. Bukan cuma pencopet, maling atau preman pasar yang tinggal didaerah ini. Perampok-pun ada. Tak heran jika anak-anak muda disini dulunya sudah mengenal miras sedari mereka belia. Apalagi setiap ada yang punya hajat, atau menjelang perayaan hari kemerdekaan..... untuk teman “lek-lekan” mereka, si empunya hajat harus menyediakan miras untuk para tetangga yang ikut membantu mempersiapkan pesta.
Sebelum menjadi guru ngaji, Pak Ustadz dulunya juga jago berkelahi. Sifat temperamental orang-orang dilingkungannnya mengharuskan dia bertahan hidup dengan cara ini. Barangkali sudah tercipta image di kampung ini bahwa yang kuat adalah yang berkuasa. Yang lemah adalah yang kalah. Sehingga untuk memenangkan hati dan perhatian warga disinipun, kadang harus mempertahankan diri dengan beradu fisik. Cara-cara yang digunakanpun juga kadang harus menggunakan cara preman. Tidak mempan hanya dengan omongan saja.
Di kampung ini banyak sekali anak kecil dan janda. Kenapa banyak anak kecil? Rupanya program KB tidak berhasil disini. Anak-anak perempuan yang masih belasan tahun dan dianggap sudah akil baliq-pun, biasanya harus segera dikawinkan. Pendidikan mereka paling tinggi hanya setingkat SMA saja. Setelah itu.. orang tua mereka akan segera mencarikan jodoh, karena jika anak sudah berkeluarga mereka sudah tidak perlu lagi menanggung hidupnya. Atau malah anak-anak itu yang sudah punya calon sendiri di kalangan lingkungannya. Dan kenapa banyak janda? Ada sebagian yang ditinggal mati suaminya karena menderita penyakit atau karena sebab lain. Ada juga yang suaminya pergi, tak pulang-pulang lagi, entah bagaimana kabarnya... di penjara... atau mungkin juga jadi DPO... dicari-cari polisi karena terlibat kasus kejahatan. Jadinya para janda ini harus bertahan hidup sebisanya. Jadi buruh nyuci, jualan gorengan atau jajanan keliling kampung, atau apa saja yang bisa mereka kerjakan untuk menyambung hidup membiayai anak-anaknya. Ada juga yang memutuskan untuk jadi TKW ke luar negeri dan memilih menitipkan anak-anaknya kepada nenek atau kakeknya.
Untungnya masih ada orang seperti Pak Ustadz yang berani membuat perubahan. Image kampung yang dulunya dikenal sebagai kampung preman ini akhirnya mulai terkikis. Pak Ustadz berpikir bahwa mungkin dia tidak bisa merubah orang tuanya... tapi kasihan anak-anak kecil yang tak berdosa ini jika akhirnya harus berakhir di jalanan atau menjadi DPO dan dipenjara seperti orang tua mereka. Pak Ustadz mulai mengajari mereka mengaji. Memberikan pelajaran akhlak yang baik kepada mereka. Sementara untuk menyambung hidupnya sendiri, setiap pagi Pak Ustadz berjualan mainan anak-anak di SD tak jauh dari kampung ini. Selain itu... Pak Ustadz juga mengajar mengaji di TPA komplek AL atau dipanggil sebagai guru ngaji privat di rumah orang. Dari sini dia mendapatkan imbalan yang cukup untuk memberi makan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.
Impian Pak Ustadz yang pertama adalah membangun mushola di kampungnya. Cita-cita ini bisa diwujudkannya tahun lalu. Itupun hasil usahanya sendiri mencari donatur di kota. Dari hasil usahanya mengajar mengaji di komplek AL dan di tempat-tempat lain di kota, akhirnya mempertemukannya dengan para donatur yang mau membantu usahanya mewujudkan impiannya.... Membangun mushola di kampungnya. Kini anak-anak di kampung pinggiran bisa belajar mengaji di mushola itu. Anak-anak remajanya pun diberi kesibukan sebagai DKM Mushola, sehingga mereka bisa mulai belajar bertanggung jawab. Remaja DKM inipun sekarang sudah mulai bisa mengajari adik-adiknya mengaji, sehingga Pak Ustadz-pun tak perlu lagi menanganinya langsung.
Impian Pak Ustadz yang kedua adalah mengadakan sunatan masal di kampung ini. Memang tidak semua warga disini tidak mampu menyunatkan anaknya. Tapi.... lebih banyak warga yang harus ditolong ketimbang yang mampu untuk menjalankan salah satu sunnah Rasul ini. Untuk biaya mengantar anak ke dukun sunat atau ke dokter, plus pengobatan pasca sunat-nya pasti mereka harus menabung terlebih dahulu. Dan bukan perkara yang mudah menyisihkan uang setiap hari jika untuk makan saja mereka pas-pasan. Pak Ustadz kemudian berusaha menghubungi beberapa tenaga medis dan paramedis yang bersedia membantunya. Alhamdulillah... ada dokter dan mantri kesehatan yang bersedia dengan suka rela membantu menyunat anak-anak itu tanpa dipungut biaya. Hanya untuk membeli obat dan peralatan seperti jarum suntik, perban dan lain sebagainya memang butuh biaya untuk membelinya di apotek. Pak Ustadz-pun mencoba mencari donatur ke beberapa pihak dan akhirnya terkumpul sejumlah uang untuk membantu terselenggaranya aktvitas ini. Bahkan dengan uang itu Pak Ustadz bisa menyewa Barongsai sebagai hiburan untuk warga kampung. Makanya begitu rombongan Barongsai datang, seisi kampung dibuat heboh. Penganten sunat diarak keliling kampung dengan menggunakan becak, diiringi oleh atraksi Barongsai. Suara genderang dan simbal yang ditabuh para pemain Barongsai memecah kesunyian kampung. Mengundang seluruh warga untuk keluar rumah dan menonton rombongan penganten sunat. Hiburan yang sangat jarang sekali ada di kampung mereka. Pak Ustadz sengaja memberitahukan penyelenggaraan kegiatan ini kepada Pak RW sehari sebelum hari H. “Susah bu disini... serba salah saya.. Kalau saya beritahukan kepada RW, pasti belum-belum sudah diminta macem-macem. Pasti ditanya jatah buat panitia berapa?...Sementara untuk biaya penyelenggaraan acara ini uangnya juga pas-pasan”...Oh..Oh... rupanya korupsi bukan hanya milik pejabat-pejabat tinggi saja...
Dan hari ni Pak Ustadz bisa tersenyum gembira karena 6 orang anak di kampungnya bisa disunatkan di mushola kampung. Ditambah lagi dia bisa membekali anak-anak itu dengan uang masing-masing sebesar Rp.250.000,-, memberi mereka baju koko, sarung dan peci baru, serta satu kotak Fried Chicken merek Kolonel Sanders, hasil sumbangan para donatur. Dan sebagai acara syukuran-nya malam sebelumnya telah diadakan pengajian di mushola, dan seluruh warga yang hadir mendapatkan jatah nasi kenduri. Dan yang penting.........salah satu sunnah Rasul bisa terlaksana hari ini.

Wednesday, March 17, 2010

Sejarah Fotografi





Saat ini dunia fotografi sudah begitu dimudahkan dengan adanya kamera digital. Dari kamera yang dijadikan satu sebagai fitur tambahan di Mobile Phone, kamera pocket maupun Kamera DSLR untuk para profesional. Berkembangnya teknologi fotografi ini tentu saja sangat memudahkan orang untuk dapat mengabadikan peristiwa-peristiwa di dalam masyarakat. Paling tidak peristiwa-peristiwa penting untuk dirinya sendiri.
Sebelum berkembangnya era digital, orang masih enggan untuk menekuni hobby fotografi, dikarenakan peralatan yang dibeli cukup mahal, untuk biaya pembelian film dan cuci cetaknya pun orang masih harus merogoh kantongnya lagi. Berbeda dengan saat ini dimana hasil foto sudah dapat langsung dilihat dari layar LCD kamera atau layar HP. Jika tidak suka tinggal hapus, dan ulang lagi untuk foto berikutnya. Jika malas mengeluarkan biaya untuk cetaknya-pun kini sudah tersedia digital foto frame yang mampu menyimpan beribu-ribu foto dan menampilkannya di layarnya.
Sebetulnya… darimana siiih dunia fotografi ini berkembang? Dari salah satu situs komunitas fotografi Phototuts+, dapat kita ketahui bagaimana asal muasal teknologi ini berkembang.
Prinsip-prinsip tentang fotografi sebenarnya sudah diketahui orang-orang jauh sebelum bidang ini dikembangkan. Pada waktu itu tentu saja teknologi cetak mencetak juga belum berkembang pesat, jadi usaha mereka adalah bagaimana supaya bisa memproses gambar di dinding atau secarik kertas. Prinsip ini dapat bekerja jika ada cahaya yang menerangi obyek. Instrumen yang digunakan untuk pengolahan gambar ini disebut dengan Kamera Obscura (bahasa Latin untuk Dark Room). Kerja prinsip fotografi ini ada beberapa abad sebelum fotografi ditemukan. Diyakini bahwa Camera Obscura ditemukan sekitar 13-abad ke-14, namun ada sebuah naskah yang diterbitkan oleh sarjana Arab Hassan bin Hassan tertanggal abad ke-10 yang menggambarkan prinsip-prinsip bekerjanya kamera obscura yang didasarkan fotografi analog saat ini.
Camera Obscura pada dasarnya adalah kamar gelap, atau ruang tertutup dalam bentuk sebuah kotak dengan lubang di satu sisi. Lubang harus dibuat sekecil mungkin, untuk membuat obscura kamera bekerja dengan baik. Cara kerjanya dengan menggunakan hukum optik. Cahaya yang datang melalui lubang kecil mengubah dan menciptakan sebuah gambar pada permukaan dinding kotak. Prinsip optik ini dibantu dengan memantulkan cahaya pada sebuah cermin yang kemudian akan memantulkan bayangan yang terjadi diatasnya. Jadi pada dasarnya cermin ini digunakan untuk menangkap dan mempertahankan citra yang diciptakan oleh cahaya. Diyakini pula bahwa prinsip-prinsip foto secara luas digunakan oleh seniman Renaisans seperti Leonardo, Michelangelo dan lain-lain.
Pada pertengahan abad ke-16, Giovanni Battista della Portacentury, seorang ilmuwan Italia, menulis sebuah esai tentang cara menggunakan kamera obscura bantuan untuk membuat proses menggambar lebih mudah. Dia memproyeksikan citra orang di luar kamera obscura dengan kanvas di dalamnya (kamera obscura dibuat dengan dimensi ruang yang cukup besar dibandingkan sebelumnya) dan kemudian menggambar di atas gambar yang dihasilkan atau mencoba untuk menyalinnya.
Metode ini sangat mirip dengan yang digunakan dalam gambar di Retroscope, industri animasi pada awal abad kedua puluh. Proses menggunakan kamera obscura tampak sangat aneh dan menakutkan bagi sebagian orang pada saat itu, sehingga Giovanni Battista meninggalkan ide-nya setelah ia ditangkap dan dituntut atas tuduhan sihir.

Meskipun begitu tidak sedikit dari seniman Renaisans yang mengakui bahwa kamera obscura dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menggambar. Alasan untuk tidak secara terbuka mengakui, dikarenakan adanya ketakutan dituduh berserikat dengan hal-hal berbau klenik, atau hanya tidak ingin mengakui sesuatu yang dianggap para seniman lain sebagai kecurangan.

Pada saat ini justru teknologi yang diterapkan pada kamera obscura ini mulai diperkenalkan lagi. Komunitas ini dikenal dengan nama Komunitas Kamera Pinhole atau Kamera Lubang Jarum. Kamera inilah yang mendasari prinsip-prinsip fotografi modern sekarang ini. Tentu saja pada waktu itu kita tidak bisa mengatur aperture dan speed-nya. Oleh karena itu kamera ini biasanya dipakai untuk mengabadikan obyek yang tak bergerak, dimana kotak kamera diletakkan di depan obyek dan menghadap cahaya yang cukup terang selama beberapa waktu tertentu. Hasilnya refleksi bayangan yang dihasilkan cermin akan tercetak di film atau kertas/kanvas yang diletakkan didalam kotak kamera. Kebanyakan pada saat ini orang-orang menggunakan Kamera Pinhole hanya untuk bereksperimen, dan hanya untuk kepentingan artistik dan hobby saja.
Gambar foto pertama diambil pada tahun 1825 oleh seorang penemu berkebangsaan Perancis bernama Joseph Niepce. Foto ini menggambarkan pandangan dari jendela di Le Gras. Pada saat itu kecepatan kamera belum dapat diatur , jadi masalah teknis yang terjadi adalah eksposur yang harus berlangsung selama delapan jam, sehingga matahari di gambar punya waktu untuk bergerak dari timur ke barat. Jadinya matahari tampak bersinar di kedua sisi bangunan dalam gambar. Pada saat itu juga belum terpikir masalah komposisi, karena penemuan tentang fotografi lebih ditekankan pada masalah teknisnya saja.
Pada waktu itu orang sudah tahu bagaimana memproyeksikan gambar, tetapi mereka tidak tahu bagaimana untuk mrngontrol cahaya. Adalah seorang bernama Niepce yang kemudian datang dengan ide untuk menggunakan turunan minyak bumi yang disebut "Bitumen Yudea". Bitumen ini bisa mengeras jika terkena cahaya. Pelat logam, yang merupakan media yang digunakan oleh Niepce, kemudian dipoles render citra negatif yang kemudian dilapisi dengan tinta cetak. Satu dari banyak masalah yang ada dengan pemakaian metode ini adalah bahwa pelat logam berat, mahal untuk diproduksi, dan mengambil banyak waktu untuk memoles.
Pada tahun 1839 Sir John Herschel datang dengan cara membuat kaca negatif yang sifatnya bertentangan dengan logam. Tahun yang sama ia menciptakan istilah Fotografi berasal dari bahasa Yunani "fos" yang berarti cahaya dan "grafo" - untuk menulis. Meskipun proses menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, masih butuh waktu yang cukup lama sampai diakui publik sebagai fotografi. Walaupun begitu akhirnya dicanangkan bahwa tahun 1839 merupakan tahun lahirnya fotografi.

Pada awalnya fotografi digunakan sebagai alat bantu dalam karya seorang seniman. Akhirnya, setelah puluhan tahun mengalami beberapa kali perbaikan, publik mulai menggunakan kamera dengan merk Eastman Kodak Camera. Kamera ini dipasarkan pada tahun 1888 dengan slogan “You press the button, we do the rest”.
Tahun 1901 Kodak Brownie diperkenalkan menjadi kamera komersial pertama di pasar , yang tersedia bagi kalangan kelas menengah. Kamera mengambil gambar hitam dan putih saja, tetapi masih sangat populer karena efisiensi dan kemudahan penggunaan. Warna fotografi, walaupun sedang dieksplorasi sepanjang abad ke-19, tidak menjadi masalah sampai pertengahan abad ke-20. Para ilmuwan di awal abad ini tidak bisa mempertahankan warna cukup lama, karena mereka hilang dengan berlalunya waktu karena formula kimianya. Beberapa metode fotografi warna yang dipatenkan dari 1862 dan seterusnya diperkenalkan oleh dua penemu Perancis: Louis Ducos de Hauron dan Charlec Cros.

Akhirnya plat warna yang lebih praktis pertama kali diperkenalkan pada pasar pada tahun 1907. Metode yang digunakan didasarkan pada layar filter. Cahaya yang datang disaring oleh layar merah, hijau dan atau cahaya biru kemudian dirubah dari film negatif kemudian menjadi positif. Teknologi ini memungkinkan digunakannya pengolahan warna. Merah, hijau dan biru adalah warna primer yang digunakan juga untuk layar televisi dan layar komputer. Oleh karena itu maka mode RGB kemudian digunakan juga dalam berbagai aplikasi pencitraan.
Foto berwarna yang pertama, sebuah gambar kotak-kotak pita, diambil pada tahun 1861 oleh fisikawan Skotlandia bernama James Clerk Maxwell, yang terkenal karena karyanya dengan elektromagnetisme. Meskipun pengaruh besar fotonya telah dipakai didalam industri foto, Maxwell jarang diingat sebagai tokoh fotografi.
Gambar yang pertama kali dibuat dengan pencitraan manusia didalamnya adalah Foto Boulevard du Temple oleh Louis Daguerre, yang diambil pada tahun 1839. Pemaparan dengan kamera berlangsung sekitar 10 menit pada waktu itu, sehingga hampir tidak mungkin bagi kamera untuk menangkap seorang pria di jalan yang sibuk, namun hal itu menangkap seorang pria yang punya sepatu mengilap cukup lama untuk muncul dalam foto.
Meskipun penemuan fotografi menyebabkan prestasi ilmiah baru dan perkembangan dunia industri, fotografi juga menjadi bagian dari gerakan seni. Salah satu orang yang mempelopori seni fotografi adalah Alfred Stieglitz. Seorang fotografer Amerika dan seorang promotor untuk seni modern. Banyak yang percaya bahwa Stieglitz-lah yang membuat fotografi dikenal dan berkemban sebagai seni seperti sekarang ini.

Selain sebagai fotografer, Stieglitz dikenal karena semangat avant-garde-nya. Alfred memiliki beberapa galeri seni di New York dan memperkenalkan avant-garde dari para seniman Eropa kepada publik AS. Tapi yang paling penting adalah bahwa Stieglizt menunjukkan bahwa fotografer sendiri adalah seorang seniman. Dia, bersama dengan F. Holland Day, memimpin Photo-Secession, gerakan seni fotografi pertama yang tugas utamanya adalah untuk menunjukkan bahwa fotografi bukan hanya tentang subjek foto, tetapi juga manipulasi oleh fotografer yang mengarah ke subjek yang digambarkan.

Stieglitz mengatur berbagai pameran foto yang cukup menarik, kemudian foto-foto itu akan dinilai oleh para pelukis sebagai sebuah karya seni. Stieglitz juga mempromosikan fotografi melalui jurnal baru yang diberinya nama “Camera Notes” dan “Camera Work”.
Nama-nama yang cukup penting di dunia fotografi
- Felix Nadar
Felix Nadar (nama samaran dari Gaspard-Félix Tournachon) adalah seorang ahli karikatur Perancis, wartawan dan sekaligus menjadi seorang fotografer. Ia terkenal dengan rintisannya dalam penggunaan lampu kilat dalam fotografi. Nadar adalah teman baik Jules Verne dan dikatakan telah cukup menjadi inspirasi bagi pengarang: ia dipercaya sebagai prototipe untuk Ardan Michael karakter dalam cerita “From the Earth to the Moon”. Nadar dipuji karena telah menerbitkan foto pertama kali wawancara pada tahun 1886.

Meskipun mempunyai beberapa ide-ide revolusioner, Foto-foto Nadar mengikuti prinsip yang sama dari sebuah seni potret. Dia dikenal telah menggambarkan banyak orang terkenal termasuk Jule Verne, Alexander Dumas, Peter Kropotkin dan George Sand.
- Henri Cartier-Bresson
Henri Cartier-Bresson adalah fotografer Perancis yang diyakini sebagai ayah dari Photojournalism. Cartier-Bresson terkenal sebagai bapak "fotografi jalanan"dalam gaya Photojournalism. Pada usia 23 tahun, pria muda ini mulai tertarik pada bidang fotografi. Beliau pernah mengatakan : "Aku tiba-tiba mengerti bahwa sebuah foto bisa memperbaiki keabadian dalam sekejap."
Pameran pertamanya berlangsung di New York's Julien Levy Galeri pada tahun 1932. Foto jurnalistik pertamanya dibuat pada saat George VI dinobatan di London.

Beliau telah mengilhami karya-karya generasi seniman dan jurnalis foto di seluruh dunia. Beliau meninggal pada tahun 2004, dan Henri Cartier-Bresson telah meninggalkan warisan dan filosofi bagi para jurnalis yang mengikuti jejaknya di belakang. Ia menggunakan kamera 35mm , yang merupakan format standar. Kutipan dan kata-katanya banyak disertakan dalam buku teori fotografi . Walaupun cukup terkenal tetapi ada satu kelemahannya. Beliau paling benci difoto, karena menurutnya ia paling benci dengan ketenaran….

Sumber : Phototuts+

Wednesday, February 24, 2010

Sad Story dibalik kemegahan Huize Karang Anom


Orang-orang yang sebelum tahun 1990-an tinggal di Cirebon pasti tidak pernah lupa dengan megahnya bangunan ini. Bangunan ini dulunya terletak di Jalan Karang Getas no. 64 dan dikenal dengan nama Huize Karang Anom, atau Hotel Kanton atau Gedung Ex Korem. Pada masa orde baru bangunan indah ini telah dijual oleh pemerintah kota Cirebon kepada pihak swasta dan dihancurkan, digantikan oleh Pusat Pertokoan Yogya Grand. Sungguh sayang karena sebetulnya bangunan ini sendiri mempunyai cerita bersejarah yang begitu panjang.
Dari pembicaraan beberapa kawan di jejaring sosial Multiply, baru aku ketahui cerita sedih dibalik kemegahannya. Bangunan ini dulunya adalah sebuah Villa yang dibangun pada sekitar tahun 1880-an oleh Mayor Tan Tjin Kie (1853-1919) untuk putrinya Tan Holy Nio yang tinggal disana bersama suaminya Kwee Tjong In yang berasal dari Kediri. Keluarga ini mempunyai 9 orang anak. Dimasa resesi setelah PD-I keluarga ini dipaksa membayar pajak yang cukup besar kepada pemerintah Hindia Belanda, dan karena tidak bisa membayarnya akhirnya beberapa aset keluarga disita, termasuk villa ini. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menjadikan Villa ini menjadi sebuah hotel bernama Hotel Kanton. Pada masa pemerintahan RI, sekitar tahun 1950-an gedung ini beralih fungsi sebagai Markas Komando Riset Militer.
Mayor Tan Tjin Kie sendiri adalah seorang yang terpandang dan merupakan saudagar gula kaya di Cirebon pada masanya. Beliau memiliki pabrik gula dan sejumlah aset penting lainnya di kota Cirebon diantaranya adalah bangunan yang sekarang ditempati sebagai sekolah TK, SD, SMP dan SMA Santamaria di daerah pesisir (Jl. Sisingamangaraja). Pada umur 29 tahun beliau diangkat menjadi Luitenant der Chineezen kemudian menjadi kapiten enam tahun kemudian. Pangkat mayor tituler diraihnya pada tahun 1913. Mayor tituler adalah pangkat tertinggi yang diberikan oleh pemerintah Belanda kepada masyarakat keturunan Tionghoa. Beliau meninggal pada tahun 1919 karena penyakit jantung. Pemakamannya dikisahkan sebagai upacara pemakaman "paling royal dan menggemparkan seluruh Jawa". Dihadiri oleh rakyat jelata, pemuka-pemuka agama, pembesar dari berbagai etnis dan pemerintah Hindia Belanda waktu itu.

(gambar: kereta kuda yang menyertai pengusungan jenazah Tan Tjin Kie)

Kisahnya hampir mirip dengan raja gula di Semarang Oei Tiong Ham.,yang konon hijrah ke Singapura karena menghindari pajak yang dikenakan oleh pemerintah Hindia Belanda . Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang cucunya yang telah hijrah dan sekarang ini tinggal di luarnegeri dalam dialog di situs jejaring Multiply sebagai berikut :

"Tepatnya kapan kakek dan nenek saya pindah tidak diketahui, kira2 antara tahun 1922 - 1925, setelah perang dunia pertama, pemerintah Belanda memerlukan uang maka dari itu , pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan pajak keuntungan waktu perang, pada saat itu banyak orang yang kena peraturan itu dan menjadi bangkrut, jamannya resesi besar2an. Padahal waktu perang perusahaan2 banyak yang mengalami kerugian, termasuk keluarga orang tua nenek saya. Keluarga orang tua nenek saya terkena pajak perang ini sebanyak 3 setengah miljard, sebagai bayarannya pemerintah Belanda mengambil alih berikut segala perabotannya rumah Karang Anom, Villa de Armada (letaknya di bioskop Paradys dulu tahun 50-an, entah sekarang apa disitu), pabrik2 gula dan rumah Binarong (rumah ini juga diratakan entah kena bom atau dibumi hangus waktu jaman perang dunia kedua) disekitar pabrik gula, rumah Pesisir (sekarang jadi sekolah Santa Maria) dllnya. Setelah pemerintah Belanda memiliki rumah Karang Anom, rumah ini dijadikan hotel namanya Hotel Kanton. Setelah Belanda diusir dari Indonesia, rumah ini menjadi Resimen, tidak pernah dikembalikan pada pemilik asal. Sayang sekali rumah bersejarah ini sekarang sudah dijadikan Mall."

Rupanya akibat adanya pemberlakuan sistem pajak dari pemerintah Belanda ini keluarga para saudagar Tionghoa seperti Tan Tjin Kie ini akhirnya tercerai berai dan hijrah keluar negeri. Dari hasil surfing yang aku lakukan di Google, akhirnya kuketahui bahwa banyak anak cucu keturunan mereka yang bahkan tidak mengerti lagi keberadaan saudara-saudaranya. Beberapa berusaha mengumpulkan jejak dan menyusun silsilah keluarga mereka yang terpisah di beberapa negara dan benua.


Friday, February 19, 2010

Paviliun Indonesia di Shanghai World Expo 2010




Menyambut penyelenggaraan World Expo yang akan diadakan 1 Mei hingga 31 Oktober 2010 di Shanghai, Indonesia juga ikut berpartisipasi didalamnya. Pembangunan Paviliun Indonesia sendiri sudah mulai dibangun sejak September tahun lalu. Peletakan batu pertamanya dilaksanakan Mendag Mari Pangestu bersama Dubes RI untuk China Sudrajat, di Shanghai, China, Jumat, 18 September 2009 lalu. Biaya pembuatan paviliun ini kabarnya menghabiskan dana sekitar 10 juta dolar. Dana sebesar itu belum termasuk yang akan digunakan oleh kegiatan sehari-hari selama enam bulan kegiatan berlangsung, yang akan menyertakan sejumlah instansi. keikutsertaan ini untuk mempromosikan perdagangan, pariwisata dan investasi antara Indonesia dan China, di samping menanamkan kebanggaan nasional dalam meraih pengakuan internasional. Tema yang dipilih paviliun Indonesia adalah mempresentasikan kehidupan dan keanekaragaman budaya dan lingkungan dari aspek kehidupan, budaya, lingkungan alam, serta sejarah.

Sementara pesan yang ingin disampaikan adalah Indonesia merupakan negara di mana keanekaragaman tetap terjaga setiap hari di berbagai tingkatan. Dubes Sudrajat mengatakan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam kegiatan ini sangat penting dan strategis dalam upaya menyampaikan informasi luas kepada masyarakat internasional dan China.

Dia menilai bahwa pameran ini nantinya akan menjadi ajang kegiatan promosi bergengsi dan strategis bagi semua negara di dunia, termasuk Indonesia, sehingga partisipasi Indonesia sdalam expo ini dinilai sangat penting. Panitia Shanghai World Expo 2010 menargetkan setidaknya 70 juta pengunjung dari penjuru dunia akan menghadiri dan menyaksikan kegiatan ini.

Tidak hanya memamerkan hasil perindustrian, perdagangan ataupu informasi teknologi lainnya. Ajang expo ini juga memperlihatkan keindahan desain setiap paviliun dengan berbagai ragam konsep yang memukau. Selain itu beberapa fasilitas lain yang dibangun untuk mendukung kegiatan ini juga memperlihatkan desain-desain yang spektakuler.
Paviliun Indonesia sendiri tidak hanya mengacu pada tema expo kali ini yaitu "Better City, Better Life" tapi juga memperlihatkan keanekaragaman budaya Indonesia Paviliun ini diharapkan dapat menawarkan kepada pengunjung keanekaragaman budaya dan hayati yang ada di Indonesia yang tumbuh dan berkembang sebagai satu harmony di tengah perkembangan teknologi dewasa ini. Kota besar di Indonesia ada saat ini dihuni oleh lebih dari 200 kelompok etnis yang mewakili beragam budaya dan perbedaan kepercayaan. Marie Pangestu dala m pidatonya pada saat peletakan batu pertama mengatakan bahwa pada Expo 2010 kali ini, Paviliun Indonesia akan memperlihatkan "The Unity of Indonesia" dalam mengembangkan potensinya berupa potensi alam, sumber daya, budaya, industri kreatif, investasi, perdagangan dan turisme.
Dinding, langit-langit dan beberapa elemen bangunan dibangun dari bambu, yang merupakan simbolisasi semangat negara ini yang begitu lentur. Sebuah air terjun dengan lebar 40 m dan tinggi 17 m akan dibuat di tengah bangunan, membagi bangunan menjadi dua bagian, seperti halnya garis khatulistiwa yang membagi wilayah Indonesia.

Wayang Potehi



Perayaan Cap Go Meh, sebentar lagi tiba. Jadi inget waktu jaman kecil dulu sekitar tahun 70-an, di kota kelahiranku Parakan, sering diadakan acara - acara untuk menyambut datangnya Tahun Baru Imlek. Tapi tidak seperti halnya sekarang, dimana perayaan Imlek dapat dirayakan secara terbuka, dulu perayaan hanya dirayakan secara tertutup di kalangan masyarakat Tionghoa sendiri. Selain menyiapkan upacara di klenteng, biasanya mereka suka menggelar pertunjukan wayang Potehi. Aku sendiri sebenarnya dulu tidak terlalu perhatian dengan kegiatan pertunjukan ini, tapi setiap kali ada pertunjukan wayang ini aku pasti tahu. Karena walaupun aku turunan suku jawa asli, aku bersekolah di sebuah sekolah swasta yang terletak di belakang komplek Klenteng. Jadi otomatis jika klenteng menyelenggarakan upacara-upacara keagamaan disana, pasti sepulang sekolah kita bisa melihat kesibukan mereka. Salah satu yang menarik ya pertunjukan wayang Potehi ini, karena setiap selesai digelar pertunjukan, teman-teman sekelasku yang notabene lebih banyak keturunan Cina-nya dibandingkan orang Jawanya sendiri pasti ramai membicarakannya.

Dari Wikipedia isebutkan bahwa kata Potehi berasal dari kata poo (kain), tay (kantung) dan hie (wayang). Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang golek jenis lain. Atau mungkin bisa dibilang lebih mirip dengan panggung boneka. Dalang memainkan wayang di belakang sekat yang berlubang seperti jendela dan dihiasi dengan tirai kain serta lukisan atau gambar khas China seperti Naga, Burung Phoenix atau binatang simbolis lainnya. Dibagian belakang dipasang kain penutup untuk background. Kesenian ini sudah berumur sekitar 3.000 tahun dan berasal dari daratan Cina asli.

Menurut legenda, seni wayang ini ditemukan oleh pesakitan di sebuah penjara. Lima orang dijatuhi hukuman mati. Empat orang langsung bersedih, tapi orang kelima punya ide cemerlang. Ketimbang bersedih menunggu ajal, lebih baik menghibur diri. Maka, lima orang ini mengambil perkakas yang ada di sel seperti panci dan piring dan mulai menabuhnya sebagai pengiring permainan wayang mereka. Bunyi sedap yang keluar dari tetabuhan darurat ini terdengar juga oleh kaisar, yang akhirnya memberi pengampunan.

Diperkirakan jenis kesenian ini sudah ada pada masa Dinasti Jin yaitu pada abad ke 3-5 Masehi dan berkembang pada Dinasti Song di abad 10-13 M. Wayang Potehi masuk ke Indonesia (dulu Nusantara) melalui orang-orang Tionghoa yang masuk ke Indonesia di sekitar abad 16 sampai 19. Bukan sekedar seni pertunjukan, Wayang Potehi bagi keturunan Tionghoa memiliki fungsi sosial serta ritual. Tidak berbeda dengan wayang-wayang lain di Indonesia.

Beberapa lakon yang biasa dibawakan dalam wayang potehi adalah Sie Jin Kwie, Hong Kiam Cun Ciu, Cun Hun Cauw Kok, dan Poei Sie Giok. Setiap wayang bisa dimainkan untuk pelbagai karakter, kecuali Bankong, Udi King, Sia Kao Kim, yang warna mukanya tidak bisa berubah.

Dulunya Wayang Potehi hanya memainkan lakon-lakon yang berasal dari kisah klasik daratan China seperti kisah legenda dinasti-dinasti yang ada di China terutama jika dimainkan di dalam kelenteng. Akan tetapi saat ini Wayang Potehi sudah mengambil cerita-cerita di luar kisah klasik seperti legenda Kera Sakti yang tersohor itu. Pada masa masuknya pertama kali di Indonesia, wayang potehi dimainkan dalam bahasa Hokkian. Seiring dengan perkembangan zaman, wayang ini pun kemudian juga dimainkan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu para penduduk pribumi pun bisa menikmati cerita yang dimainkan.

Menariknya, ternyata lakon-lakon yang kerap dimainkan dalam wayang ini sudah diadaptasi menjadi tokoh-tokoh di dalam ketoprak. Seperti misalnya tokoh Sie Jin Kwie yang diadopsi menjadi tokoh Joko Sudiro. Atau jika Anda penggemar berat ketoprak, mestinya tidak asing dengan tokoh Prabu Lisan Puro yang ternyata diambil dari tokoh Lie Sie Bien.

Alat musik Wayang Potehi terdiri atas gembreng, suling, gwik gim (gitar), rebab, tambur, terompet, dan bek to. Alat terakhir ini berbentuk silinder sepanjang 5 sentimeter, mirip kentongan kecil penjual bakmi, yang jika salah pukul tidak akan mengeluarkan bunyi "trok"-"trok" seperti seharusnya.

Saat VOC berkuasa di Indonesia, sempat ada pelarangan pertunjukan kegiatan hiburan seperti tari-tarian dan wayang yang ditujukan kepada orang-orang Cina dalam sebuah imigrasi tertentu pada waktu itu. Setelah VOC tak lagi berkuasa, pelarangan itu lambat laun kendur dan wayang potehi kembali hidup hingga tahun 1967. Namun semenjak ada Intruksi Presiden No. 14/1967 era pemerintahan Soeharto yang melarang berbagai bentuk ekspresi kesenian warga keturunan Cina membuat sejumlah kesenian ikut mati suri termasuk wayang potehi. Akibatnya, generasi muda yang lahir tahun 70 s/d 90-an tidak mengenal dengan baik kesenian ini. Tahun 1970-an sampai tahun 1990-an bisa dikatakan masa suram bagi Wayang Potehi. Itu dikarenakan tindakan yang cenderung represif penguasa pada masa itu terhadap kebudayaan kebudayaan Tionghoa. Padahal nilai-nilai budaya yang dibawa serta oleh para keturunan Tionghoa sejak berabad-abad lalu telah tumbuh bersama budaya lokal dan menjadi budaya Indonesia. Dalam masa suram itu, wayang Potehi seolah mengalami pengerdilan. Sangat sulit menemukan pementasannya saat itu. Apalagi jika bukan karena sulitnya mendapat perizinan. Namun setelah orde reformasi berjalan, tepatnya setelah pemerintahan Gus Dur, angin segar seolah menyelamatkan kesenian ini. Wayang Potehi bisa dipentaskan kembali dan tentu saja tidak dengan cara sembunyi-sembunyi. Begitu juga pertunjukan-pertunjukan seni tradisional khas China lainnya seperti Barongsai. Peminat pertunjukan inipun tidak hanya melulu kalangan masyarakat Tionghoa-nya saja, tetapi juga masyarakat pribumi. Beberapa dalang Wayang Potehi bahkan berasal dari suku-suku asli di Indonesia, yang sengaja mempelajarinya dan menjadikannya sebagai profesi.

Saturday, January 9, 2010

Peresmian Berdirinya Kembali Bangsal Trajumas


Bangsal Trajumas di lingkungan Keraton Yogyakarta selesai di rekonstruksi dan dibangun kembali. Bangunan ini diresmikan kembali oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik disaksikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Setidaknya satu bangunan arsitektur tradisional Jawa yang merupakan peninggalan berharga ini berhasil diselamatkan. Bangunan yang rubuh, dan rata dengan tanah ketika terjadi gempa bumi 27 Mei 2006 kemudian direkonstruksi lagi pada bulan Juli 2009. Pembangunannya menghabiskan dana 2,5 Milyard rupiah, yang merupakan dana hibah dari Menko Kesra kepada Keraton. Pembangunannya sendiri memakan waktu 6 bulan, dan selesai pada 15 Desember 2009.
Bangsal Trajumas dibangun pertama kali oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I) pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya Keraton Yogyakarta. Bangunan ini dulunya berfungsi sebagai tempat untuk mengadili abdi dalem keraton Yogyakarta yang melanggar aturan keraton, tetapi ketika Keraton Yogyakarta menyatakan bergabung dengan pemerintahan RI, bangunan ini kemudian beralih fungsi menjadi tempat menyimpan peralatan gamelan dan beberapa pusaka keraton. Disebut bangsal karena bangunan yang mempunyai bentuk atap joglo dan disangga 6 buah saka guru ini merupakan pendopo yang tidak berdinding. Pada waktu terjadi gempa Yogya hampir seluruh bangunan rusak berat, dan hanya 30 % bahan bangunan yang dapat digunakan lagi pada saat proses rekonstruksi. Sisanya akhirnya diganti dengan bahan bangunan baru. Bahkan dari 6 buah saka guru, hanya 1 buah saka guru yang keadaannya masih utuh, 3 lainnya harus diperbaiki dan 2 lainnya bahkan harus diganti dengan yang baru. Untuk mencari kayu jati yang nantinya digunakan sebagai saka guru ini, tim pembangunan mengalami kesulitan karena harus menyediakan kayu jati lurus utuh sepanjang 8,6 m. Akhirnya tim berhasil menemukan kayu jati tersebut dengan menebang pohon jati dari kawasan Perhutani Blora.
Bangunan Trajumas yang baru diusahakan dibangun tanpa mengalami perubahan yang berarti dibanding bangunan aslinya. Bahkan untuk ukuran dimensi tinggi, lebar dan panjangnya, dibuat sama persis dengan aslinya. Perbedaan hanya terdapat pada pemasangan usuk yang tadinya berbentuk susunan ri gereh atau duri ikan menjadi penyiung atau sejajar. Selebihnya bagian lantai juga menggunakan lantai baru dengan ubin berpola.
Pada waktu bangunan runtuh, ditemukan artefak-artefak yang terkait dengan cara pendirian struktur konstruksi bangunan tradisional Jawa, diantaranya adalah penggunakan pasak dan uang kepeng (Uang koin yang ditengahnya berlubang), yang kemudian disimpan dan dijadikan sebagai salah satu bukti peninggalan arkeologis di museum Keraton.
Selain bangunan Traju Mas ini, pada saat yang sama juga diresmikan rekonstruksi beberapa bangunan peninggalan bersejarah lainnya di Yogya yang hancur akibat gempa 2006 yang lalu, yaitu Candi Brahma dan Candi Wishnu, bagian dari Candi Prambanan (dengan total biaya Rp 3,5 miliar). Juga diresmikan purna pugar Candi Apit No 4 Sewu (dengan biaya Rp 501 juta), Candi Plaosan Lor (utara) dengan biaya Rp 1,2 miliar, serta Candi Lumbung dengan biaya Rp 264 juta.

Thursday, January 7, 2010

Burj Dubai, The tallest building in the world





Dubai memang fenomenal! Lihat saja perbandingan lahan di kota modern Dubai yang diambil gambarnya pada tahun 1990 dan 2007. Perubahan besar benar-benar terjadi disana. Dan setelah dunia dikejutkan dengan perkembangan arsitektur yang begitu pesat selama dua dekade ini, kini Dubai memecahkan rekor dunia dengan membangun tower tertingginya, Al-Burj. Dengan ketinggian 828 m, bangunan ini bahkan lebih tinggi 40% dibandingkan CN Tower di Toronto Canada, pemegang rekor struktur bangunan tertinggi sebelumnya, yang tingginya "hanya" 553, 33 m. Pesta peresmian bangunan ini yang berlangsung beberapa hari yang lalu, juga sedemikian spektakulernya. Pesta kembang api menghiasi langit malam Dubai. Mengundang decak kagum seluruh pengunjung yang menikmatinya. Bahkan di tengah issue krisis global yang melanda dunia, ternyata tidak menyurutkan niat pemerintah disana untuk segera menyelesaikan bangunan fenomenal ini.
Dengan ketinggian tersebut Burj Dubai, juga memecahkan rekor dunia lainnya sebagai:
  • Tallest building in the world
  • Tallest free-standing structure in the world
  • Highest number of stories in the world
  • Highest occupied floor in the world
  • Highest outdoor observation deck in the world
  • Elevator with the longest travel distance in the world
  • Tallest service elevator in the world

Arsitektur

Arsitektur bangunan ini merupakan abstraksi dari bentuk bunga hymenocalis. Dengan denah berbentuk Y, memungkinkan bagian dasar bangunan menjadi lebih stabil, dan dapat menikmati seluruh view perairan Teluk Arab secara maksimal. Bangunan juga telah diuji ketahanannya terhadap angin, dengan 40 kali test ketahanan. Test tersebut meliputi test terhadap kekuatan angin, iklim di wilayah Dubai, model analisis struktur, uji tekanan permukaan sampai kepada analisis iklim mikro yang mungkin berpengaruh terhadap kenyamanan di teras sekeliling bangunan. Hal ini dilakukan terutama tidak hanya untuk kenyamanan bangunan, tetapi juga bagi keamanan pemakainya. Bayangkan saja, bangunan single structureini tetntu saja sangat beresiko terhadap pengaruh iklim dan cuaca, selain juga bentuknya yang menjulang tinggi memungkinkan bangunan menerima beban yang ekstrim dari lingkungan disekitarnya maupun dari beban konstruksinya sendiri. Oleh karena itu, perhitungan yang cermat di bidang struktur bangunan harus dilakukan dengan seksama dan teliti untuk mengeliminir kegagalan sampai ketitik terkecil.
Al-Burj direncanakan berfungsi sebagai hotel sekaligus juga apartemen mewah. Dengan rencana pembagian lantainya sebagai berikut :

- Concourse level s/d lantai 8 , lantai 38 dan 39 diperuntukkan bagi Armani Hotel Dubai.

- Lantai 9 - 16 untuk hunian eksklusif dan mewah dari Armani Residence, dengan tipe apartemen 1-2 kamar tidur

- Lantai 45 - 105 adalah hunian privat ultra-mewah The Corporate Suites

- Lantai 122 untuk restaurant

- Lantai 124, sebagai The tower's public observatory.

- Lantai 43, 76 dan 123 difungsikan sebagai Sky Lobbies, dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya berupa tempat fitness, Jacuzzi, kolam renang dan ruang rekreasi lainnya yang dapat menampung kegiatan gathering dan event gaya hidup lainnya.

- Fasilitas-fasilitas lainnya yang mengisi lantai-lantai bangunan berupa Perpustakaan, Burj Dubai Gourmet Market, Pertokoan, Child Care, Ruang pertemuan dan juga valet parking untuk penghuni dan pengunjung.

Konstruksi


Ekskavasi Al-Burj dimulai pada bulan Januari 2004, dan selesai Januari 2010. Konstruksi bangunan yang pembangunannya memakan waktu 6 tahun ini ternyata tidak hanya memecahkan rekor penggunaan bahan bangunan, tetapi juga terbuktu dapat menyatukan dunia. Bagaimana tidak, Al-Burj merupakan kolaborasi international dari lebih dari 30 kontraktor dari belahan dunia yang berbeda-beda, dikerjakan oleh sekitar 12.000 pekerja yang mewakili kurang lebih 100-an kewarganegaraan. Jadi bangunan ini tidak hanya sebagai kebanggan Dubai, tetapi juga menjadi kebanggaan dunia.

Burj Dubai ConstructionTimeline

January 2004

Excavation started

February 2004

Piling started

March 2005

Superstructure started

June 2006

Level 50 reached

January 2007

Level 100 reached

March 2007

Level 110 reached

April 2007

Level 120 reached

May 2007

Level 130 reached

July 2007

Level 141 reached - world's tallest building

September 2007

Level 150 reached - world's tallest free-standing structure

April 2008

Level 160 reached - world's tallest man-made structure

January 2009

Completion of spire - Burj Dubai tops out

September 2009

Exterior cladding competed

January 2010

Official launch ceremony

Saturday, January 2, 2010

Pertanian Masa Depan






Apa jadinya jika lahan disekeliling kita mulai beralih fungsi jadi pemukiman dan kawasan industri. Mungkin di tahun-tahun mendatang manusia bakalan kelabakan mencari cara untuk bisa menanam pohon, bercocok tanam dan beternak untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Jika lahan terbuka sudah semakin sempit, sementara manusia juga mulai berpikir untuk melestarikan hutan untuk mengantisipasi pemanasan global, maka pilihan selanjutnya adalah intensifikasi dalam bidang pertanian. Banyak sudah upaya-upaya dilakukan diantaranya dengan menjadikan atap bangunan menjadi lahan bagi pertanian kecil. Permukaan atap dak beton dilapisi dengan median yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk bertanam sehingga selain bisa memproduksi bahan makanan, penghuni bangunanpun bisa menikmati hijaunya pepohonan dan dedaunan diatas atap bangunan tinggi. Upaya seperti ini juga mengurangi pemantulan panas matahari yang berlebih, karena sifat tanaman yang mengeluarkan oksigen dan menyerap gas CO2 pada waktu proses fotosintesa membantu menyegarkan udara sekitar kita.
Lain lagi pemikiran yang dikemukakan oleh Vincent Callebaut Architect. Dengan pemikiran spektakulernya, Vincent mengemukakan rencana pembuatan Metabolic Farm di Rosevelt Island di dekat kota New York. Sebuah konsep pertanian bertingkat yang dapat menampung semua aktivitas berkaitan dengan produksi pangan. Bangunan superstruktur ini terdiri dari 132 lantai dengan 28 jenis pertanian yang berbeda. Tidak hanya berfungsi sebagai lahan pertanian, tetapi bangunan yang memanfaatkan eco energy sebagai sumber energi utamanya, juga bisa menampung aktivitas produksi dan pengolahan hasil pertanian dan peternakan, termasuk didalamnya lab untuk riset para ahli pangan, hunian para petani, dan fasilitas komunal lainnya. Bentuk bangunan yang seperti sayap seekor capung ini direncanakan menggunakan struktur baja dengan permukaan kaca yang dapat meneruskan cahaya matahari secara maksimal ke lahan-lahan pertanian dan peternakan di dalamnya. Design ini juga diharapkan mampu menjawab kebutuhan manusia akan makanan sehat yang bebas pestisida dan fungisida. Dengan bentuk pertanian dan peternakan bertingkat ini, kondisi iklim didalam bangunanpun dapat dikondisikan sedemikian rupa sehingga cukup ideal bagi jenis-jenis tanaman tertentu. Dengan demikian perubahan iklim di luarpun tak akan mempengaruhi kualitas produksi di dalam bangunan ini. Jika bangunan ini benar-benar diwujudkan maka arsitektur ternyata tidak hanya memenuhi kebutuhan manusia untuk membuat ruang huni saja, tetapi juga dapat menjawab kebutuhan tentang krisis pangan dunia.