Kereta Singa Barong adalah salah satu kendaraan kebesaran milik Keraton Kasepuhan Cirebon. Kereta ini kini tersimpan di museum yang terletak di dalam komplek Keraton Kasepuhan. Bentuknya yang sangat unik dan indah ini terinspirasi dari mimpi Pangeran Losari, adik dari Panembahan Ratu I, Raja Kasultanan Cirebon yang kedua. Dalam mimpinya tersebut Pangeran Losari melihat mahluk prabangsa yang mempunyai badan seekor singa, berkepala burung garuda dan berbelalai seperti seekor gajah memegang sebuah trisula. Mahluk bersayap tersebut terbang dengan gagah mengelilingi angkasa. Ketika hal tersebut disampaikan kepada kakaknya, Panembahan Ratu, maka wujud mahluk tersebut menjadi inspirasi untuk membuat kereta kerajaan yang baru, menggantikan Pedati Gede Pekalangan.
Melalui tangan Ki Gede Kaliwulu atau Ki Gede Natagana, dibuatlah kereta tersebut pada tahun 1571 tahun Saka atau tahun 1649 M.
Hal tersebut sesuai dengan sengkalan tahun yang menyebutkan bahwa dibuatnya kereta tersebut dilambangkan dalam sengkalan yang berbunyi "Iku Pandhita Buta Rupane" yang artinya = Itu Pendeta Raksasa Wujudnya. Sengkalan adalah perlambang yang menjadi simbol terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. Dalam simbolisasi tersebut tiap angka mewakili watak atau wujud sesuatu. ( Iku = 1, Pandhita = 7, Buta = 5, Rupa/Rupane = 1 (dibaca terbalik dari belakang)) . Kereta ini menjadi kereta dinas Sultan yang digunakan untuk berkeliling memantau kegiatan di seluruh wilayah Keraton pada jaman dahulu.
Walaupun dibuat hampir 500 tahun lalu, tetapi kereta ini telah di desain dengan memikirkan hal-hal yang dangat mendetail. Kereta mempunyai 4 buah roda, dengan roda di depan yang lebih kecil dibandingkan dengan roda belakangnya. Roda-roda ini dibuat sedemikian rupa sehingga ketika melewati jalanan becek, maka lumpur atau tanah tidak akan mengotori badan kereta. Kereta juga dibuat dengan memikirkan sistem suspensinya sehingga memberi kenyamanan bagi pengendaranya dan mengurangi terjadinya goncangan ketika melewati jalanan yang tidak rata. Kereta ditarik oleh 4 ekor kerbau bule, dan untuk mengemudikannya, dibuat tuas dengan sistem hidrolik sehingga memudahkan sais kereta untuk mengendalikannya.Pada Tahun 1942, kereta mulai tidak digunakan lagi dan disimpan di museum Kereta Singa Barong yang berada di Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon.
Pada tahun 1996, dibuatlah replika / duplikat Kereta Singa Barong yang dikerjakan oleh para pengrajin ukir dari Desa Kaliwulu - Kabupaten Cirebon. Desa tersebut merupakan desa sentra pengrajin pahatan dan ukiran di Cirebon yang juga merupakan turunan dari Ki Gede Kaliwulu, pencipta Kereta Singa Barong yang asli. Kereta Replika ini dibuat dalam rangka menyambut Festival Keraton Nusantara I yang diselenggarakan di Kota Cirebon pada tahun 1996. Kereta inilah yang sekarang ini bisa dilihat masyarakat berkeliling kota pada saat perayaan-perayaan tertentu seperti ketika diadakan Kirab budaya dalam rangka Festival Topeng Nusantara dan juga Kirab Budaya memperingati Hari jadi Kota Cirebon yang diadakan tiap tanggal 1 Muharram, bertepatan dengan tahun baru Hijriyah. Untuk menariknya tidak lagi diperlukan 4 ekor kerbau bule seperti dahulu, melainkan hanya dengan 2 ekor kerbau biasa saja. Akan tetapi dari bentuk dan ukuran kereta, diusahakan tidak berubah dari kereta yang aslinya.
No comments:
Post a Comment