"Rp 260 M untuk Visit Indonesia 2008, 50% Untuk Promosi" judul berita ini pernah menghiasi kolom berita di detik.com desember tahun lalu. Lalu apa sih yang bisa diperbuat dengan 130 M yang "katanya" untuk biaya promosi itu? Dengan dalih untuk promosi juga kemudian dibuat iklan di media elektronik dan cetak plus website untuk bisa mengenalkan kekayaan wisata Indonesia di dunia maya. Tetapi sampai sejauh ini setelah berjalan 4 bulan di awal tahun 2008 ini buat aku kok sama sekali nggak kelihatan "greng-nya" yah?. Coba saja kita bandingin keadaan di Bandara Soekarno Hatta dengan Changi di Singapore. Sebagai Gerbang International memasuki ibukota negeri ini, mestinya program "Visit Indonesia Year 2008" ini udah bisa terasa atmosfirnya disana. Bikin display dengan TV layar lebar kek atau dandanin Bandara supaya lebih bersih dan kerasa welcomenya, atau yang lebih simple sajalah... sediakan brosur atau pamflet di Bandara, isinya tentang obyek wisata yang bisa dikunjungi di negara kita. Buat stand untuk travel agent di pintu-pintu internasional, hotel reservation atau informasi transportasi yang bisa digunakan untuk mencapai pusat-pusat wisata andalan di masing-masing daerah (kayaknya yang ini malah lebih mengena deh...). Tapi semua itu kok nggak aku temui?. Coba waktu kita turun di Changi, brosur tentang wisata andalan negeri ini sudah tersedia di beberapa sudut bandara. Lengkap dengan brosur tentang rute MRT atau city bus plus map -nya sehingga kita nggak kebingungan untuk mencapai daerah yang akan dituju. Dan brosur-brosur itu disediakan dalam berbagai bahasa: Inggris, Melayu dan Mandarin. Bahkan bagi para back packer-pun bisa dengan mudah membaca peta dan tujuan wisata yang tertera di brosur jadi nggak takut kesasar atau salah jalan. Brosur-brosur kaya gini juga kita temui di hotel-hotel disana. Nha... yang mau datang jadi wisatawan kan nggak semuanya pake biro travel, kali aja mereka pengin berpetualang sendiri menjelajah Indonesia. Naik kereta api, kapal fery atau bahkan keliling kota pakai busway.
Mestinya hal itu nggak cuman berlaku di Bandara Internasional tapi juga diseluruh pintu-pintu jalur transportasi di masing-masing propinsi. Namanya aja "Visit Indonesia Year" jadi mestinya ya seluruh wilayah Indonesia ini juga ikut mensukseskan doong... Obyek wisata di Indonesia kan nggak cuma Bali aja..... Nha ini sosialisasinya yang kurang, dana yang minim atau banyak diembat sana sini dikorupsi, jadi programnya gak optimal? Halah... mestinya Depbudpar di masing-masing propinsi kan punya strategi buat menjual. Entah itu bikin event kesenian daerah kek, bikin pameran budaya atau kegiatan lainnya yang bisa mengundang wisatawan untuk datang termasuk juga bikin perangkat buat nunjang promonya. Nha kalo begini bukannya wisatawan datang malah tambah ogah datang kesini. Jadi kaya orang buta ditaro di daerah baru yang asing, tapi nggak dikasi tongkat, he he he.
Sebenernya sedih juga siih kalo lihat keadaan kayak gini nih. Apalagi kemaren dulu sempet melawat Hongkong, Guangzhou & Singapore kok kayaknya kita jauuuuh banget ketinggalan dari mereka. Lihat brosur2 yang dibikin bagus dan menarik, bahkan di kereta ekonomi yang membawa kita dari Hongkong ke Guangzhou disediakan majalah yang isinya tentang obyek wisata alam, wisata belanja, wisata kuliner juga pengenalan tentang beberapa budaya dan kesenian setempat. Lengkap dengan peta dan rute jalur2 transportasi dari mulai kereta api, subway, bus atau bahkan fery. Padahal mereka kan nggak lagi bikin program "Visit China Year" kan yaa? Udah gitu begitu kita keluar dari East Railway Station di Guangzhou, di dekat pintu keluar banyak stand agen-agen untuk reservasi hotel. Jadi kita bisa pilih hotel apa yang kita mau, dengan tarif youth hostel yang murah sampai hotel berbintang. Kayaknya mereka emang udah siap dan lebih sadar wisata daripada kita yang sedang mencanangkan program pariwisata deh....
No comments:
Post a Comment